LAPORAN PRAKTIKUM TINGKAT KEMATANGAN GONAT IKAN NILA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Biologi
Perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang dapat dipanen oleh
manusia. Kadang pengertian istilah Biologi ikan ditujukan kepada pengertian
fisiologi, reproduksi, pertumbuhan, kebiasaan makanan, tingkah laku, dan
sebagainya. Usaha mengembangkan dan memajukan perikanan, pengetahuan mengenai
habitat, penyebaran dan aspek biologi dari ikan menjadi dasar utama dalam usaha
ini, dimana kematangan gonad sangat berhubungan dengan pemijahan. Tak terkecuali
dengan fekunditas yang juga memegang peranan penting dalam penentuan
kelangsungan populasi dan dinamika kehidupan. Hubungan panjang berat akan
bermanfaat dalam menentukan nilai faktor kondisi dan sifat pertumbuhan ikan
(Effendie, 1997).
Atas dasar
tersebut praktikum biologi perikanan dilaksanakan dengan komposisi materi
meliputi analisa morfometri, analisa pola kebiasaan makanan ikan (food habits),
tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, nilai fekunditas, analisa
hubungan panjang berat, dan faktor kondisi. Ikan yang digunakan adalah ikan
tiga waja (Otolithoides microdom) (Effendie, 1997).
Dengan
melaksanakan praktikum Biologi Perikanan ini diharapkan kita dapat lebih
memahami dan mengerti segala kegiatan yang dilakukan selama praktikum berlangsung
dan dapat memahami hasil yang diperoleh dalam praktikum ini sehigga kita dapat
lebih mendalami mata kuliah Biologi Perikanan (Effendie, 1997).
1.2. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan
ilmu yang didapat untuk dikembangkan lagi dalam perkulihan serta dapat
bermanfaat bagi dunia perikanan.
1.3. Tujuan
Tujuan dari praktikum biologi perikanan ini adalah :
·
Mengetahui
bentuk luar tubuh ikan (Analisa morfometri).
·
Mengetahui
kebiasaan makanan (Food habits).
·
Mengetahui
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan.
·
Mengatahui
Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan.
·
Mengatahui
nilai fekunditas ikan.
·
Untuk melihat
dan menganalisa hubungan panjang dan berat ikan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Analisa Morfometri
Tingkah
laku dan kebiasaan hidup dalam suatu habitat akan berpengaruh pada bentuk tubuh
ikan. Habitat suatu ikan akan mempengaruhi bentuk tubuh dan macam-macam alat
tubuh yang berkembang. Sedangkan cara gerak dan tingkah laku tiap spesies ikan
akan berbeda tiap habitat (Effendie 1997).
Bentuk
tubuh ikan digunakan untuk mengetahui cara hidup ikan tersebut. Bentuk tubuh
ikan masing-masing menurut Rahardjo (1980) adalah, sebagai berikut:
Bentuk
pipih, terdiri dari dua pipih yaitu pipih lateral, dimana ikan ini dalam
keadaan biasa berenang dengan lambat tetapi bila datang bahaya atau hal lain
mampu berenang dengan cepat dan pipih dorsaventral, bentuk ikan ini sangat
dekat dengan ikan yang hidup di dasar perairan.
Ikan memiliki bentuk dan ukuran tertentu dan berbeda antara ikan
yang satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa ada spesifikasi tertentu
pada karakteristik, bentuk dan ukuran tubuh ikan di alam. Analisa morfometri
merupakan suatu analisis atau pengamatan terhadap morfologi ikan tersebut
(Effendie, 1997). Menurut Rifai (1983), morfologi adalah ciri-ciri luar tubuh
ikan yang terlihat dan harus diamati yang meliputi: bentuk tubuh, warna, bentuk
operculum, mengukur antar bagian tubuh ikan.
2.2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Dalam Biologi
Perikanan, pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan
untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang
tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan gonad ini juga akan didapatkan
keterangan bilamana ikan itu akan memijah, baru memijah atau sudah selesai
memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali gonadnya menjadi masak, ada
hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor lingkungan
yang mempengaruhinya. Ukuran dan umur ikan menjadi tanda masak gonad, apakah
ikan sudah dewasa atau belum, memijah atau belum, kapan masa pemijahannya,
berapa lama saat pemijahannya, berapa kali pemijahannya dalam satu tahun, dan
sebagainya. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25%
dari berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5-10% (Effendie, 1997).
Dalam
penentuan tingkat kematangan gonad ikan ada dua cara. Pertama adalah secara
morfologi yaitu penentuan yang dilakukan di lapangan atau di laboratorium
berdasarkan bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad
yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan
daripada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam
gonad lebih mudah dilihat daripada sperma yang terdapat dalam testis. Kedua
adalah secara histologis yaitu penentuan yang dilakukan di laboratorium
berdasarkan kepada penelitian mikroskopik. Dari penelitian ini akan diketahui
anatomi perkembangan gonad yang lebih jelas dan mendetail (Effendie, 1997).
Menurut
Effendie (1997), garis besar penentuan tahap kematangan gonad adalah sebagai
berikut :
·
Apabila ikan
itu mempunyai seksual demorpisme yang jelas membedakan antara jantan dan
betina, untuk kemudian diteliti lebih lanjut masing-masing tingkat kematangannya.
·
Apabila ikan
tidak mempunyai seksual demorpisme dan tidak mempunyai sifat seksual sekunder
yang jelas, maka untuk melihat jenis kelaminnya dengan jalan melihat gonad
melalui pembedahan.
Baik
untuk ikan jantan maupun ikan betina, ambilah gonadnya dan pisahkan menurut
kelaminnya. Gonad ikan jantan dikelompokkan sendiri demikian pula gonad ikan betina, namun data
lainnya dari masing-masing gonad tersebut jangan sampai hilang atau tercampur
sehingga menyusahkan analisa selanjutnya.
Gonad ikan
dikelompokkan kedalam beberapa kelompok mulai dari yang terendah sampai
tertinggi. Pembagian kelompok ini sebaiknya hanya beberapa saja dimana untuk
membedakan satu kelompok dengan kelompok lainnya yang terdekat harus jelas
perbedaannya.
Menurut Effendie (1979), beberapa tanda yang dapat dijadikan
pembeda dalam penentuan kelompok Tingkat Kematangan Gonad, diantaranya ialah :
Untuk ikan betina :
1.
Bentuk ovarium
2.
Besar kecilnya
ovaium
3.
Pengisian
ovarium dalam rongga perut
4.
Warna ovarium
5.
Halus tidaknya
ovarium
6.
Ukuran telur
dalam ovarium secara umum
7.
Kejelasan
bentuk dan warna telur dengan bagian-bagian lainnya
8.
Ukuran (garis
tengah) telur
9.
Warna telur
10.
Untuk ikan
jantan :
11.
Bentuk testis
12.
Besar kecilnya
testis
13.
Pengisian
testis dalm rongga tubuh
14.
Warna testis
15.
Keluar tidaknya
testis dari tubuh ikan (sebelum ikan dibedah/dalam keadaan segar).
16.
Tingkat
kematangan gonad ikan menurut Kesteven (Bagenal dan Braum, 1968) :
2.2.1 Dara
Organ seksual
sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung. Testis dan ovarium
transparan, tidak berwarna sampai abu-abu. Telur tidak terlihat dengan mata
biasa.
2.2.2 Dara
berkembang
Testis
dan ovarium jernih, abu-abu-merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari
panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.
2.2.3
Perkembangan I
Testis dan
ovarium bentuknya bulat telur, kemerah-merahan dengan pembuluh darah kapiler.
Mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat oleh
mata seperti serbuk putih.
2.2.4 Perkembangan
II
Testis putih
kemerah-merahan. Tidak ada pati jantan atau sperma kalau bagian perut ditekan.
Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya
bulat telur. Ovarium mengisi kira-kira 2/3 ruang bawah.
2.2.5 Bunting
Organ seksual
mengisi ruang bawah. Testis warnanya putih. Telur bentuknya bulat , beberapa
daripadanya jernih dan masak.
2.2.6 Mijah
Telur dan
sperma keluar dengan sedikit tekanan. Kebanyakan telurnya berwarna jernih
dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal dalam ovarium.
2.2.7 Mijah/salin
Belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bentuknya bulat
telur.
2.2.8 Salin/spent
Testis dan
ovarium kosang dan berwarna merah. Beberapa telur dalam kedaan sedang dihisap
kembali.
2.2.9 Pulih
salin
Testis dan ovarium jernih, abu-abu-merah.
Tingkat kematangan gonad ikan menurut Nikosky (Bagenal dan Braum,
1968) :
2.2.10 Tidak masak
Individu muda belum berhasrat dalam reproduksi: gonad sangat kecil.
2.2.11 Tahap
istirahat
Produk seksual
belum mulai berkembang; gonad kecil ukurannya; telur belum dapat dibedakan oleh
mata biasa.
2.2.12 Pemasakan
Telur-telur dapat dibedakan oleh mata biasa ; pertambahan berat
gonad dengan cepat sedang berjalan ; testis berubah dari transparan ke warna
muda pias.
2.2.13 Masak
Produk seksual masak ; gonad mencapai berat yang maksimum, tetapi
produk seksual tersebut belum keluar bila perutnya ditekan.
2.2.14 Reproduksi
Produk seksual keluar bila perut ditekan perlahan ; berat gonad
turun menjadi cepat dari awal pemijahan sampai selesai
2.2.15 Kondisi
salin
Produk seksual telah dikeluarkan ; lubang pelepasan
kemerah-merahahan; gonad seperti kantung kempis, ovari biasanya berisi beberapa
telur sisa, dan testis berisi sperma sisa.
2.2.16 Tahap
istirahat
Produk seksual sudah dilepaskan, lubang pelepasan tidak kemerah-merahan
lagi, gonad bentuknya kecil, telur belum dapat dibedakan oleh mata biasa.
2.3. Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Selama proses reproduksi, sebelum pemijahan terjadi sebagian besar
hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad akan bertambah berat
seiring dengan makin besar ukuran tubuhnya, termasuk pada garis tengah
telurnya. Gonad mencapai berat dan ukuran maksimum sesaat sebelum ikan itu
memijah, kemudian turun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai proses
selesai (Effendie, 1979).
Secara morfologi perubahan-perubahan ini dapat dinyatakan dalam
tingkat kematangan gonad. Pengamatan morfologi meliputi warna, penampakan dan
ukuran terhadap rongga tubuh. Perhitungan secara kuantitatif dinyatakan dengan
Indeks Kematangan Gonad (IKG), suatu persentase perbandingan berat gonad dengan
berat tubuh.
Menurut Effendie (1997),
nilai IKG dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Bg = Berat Gonad Ikan
(gram)
Bt = Berat tubuh Ikan
(gram)
2.4. Nilai Fekunditas
Fekunditas
ialah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada saat ikan itu akan memijah.
Fekunditas ini dinamakan fekunditas individu atau fekunditas mutlak. Sedangkan
jumlah telur per satuan berat atau panjang ikan disebut fekunditas nisbi
(Nikolsky, 1963) dan fekunditas ikan selama hidupnya disebut fekunditas total
(Royce, 1972).
Perhitungan
fekunditas adalah perhitungan terhadap gonad ikan yang sudah masak yang
diperkirakan tidak lama lagi akan berpijah. Dalam kenyataannya sering dilakukan
terhadap ikan yang gonadnya belum masak benar tetapi butir telur ikan tersebut
sudah dapat dipisahkan. Bila demikian maka sebaiknya tingkat kematangan gonad
ikan dinyatakan dengan tepat agar mendapat gambaran sebenarnya terutama kalau
dihubungkan dengan parameter lainnya (Effendie, 1997).
Beberapa
peneliti berdasarkan kepada definisi yang umum tadi mengembangkan lagi definisi
fekunditas sehubungan dengan aspek-aspek yang ditelitinya. Misalnya kesulitan
yang timbul dalam menentukan fekunditas itu ialah komposisi telur yang
heterogen, tingkat kematangan gonad yang tidak seragam dari populasi ikan
termaksud, waktu pemijahan yang berbeda dan lain-lainnya. Bagenal (1978)
membedakan antara fekunditas yaitu jumlah telur matang yang akan dikeluarkan dengan
fertilitas yaitu jumlah telur matang yang dikeluarkan oleh induk (Effendie,
1997).
Nikolsky (1969)
menyatakan bahwa kapasitas reproduksi dari pemijahan populasi tertentu untuk
mengetahuinya harus menggunakan fekunditas populasi relatif. Misalnya fekunditas
populsi relatif dari seratus, seribu, atau sepuluh ribu individu dari kelompok
umur tertentu. Jumlah ikan dalam tiap-tiap kelas umur dikalikan fekunditas
rata-rata dari umur itu. Hasil yang didapat dari menjumlahkan semua kelompok
umur memberikan fekunditas relatif. Fekunditas ini dapat berbeda dari tahun ke
tahun karena banyak individu yang tidak memijah tiap-tiap tahun. Apabila dalam
satu tahun terdapat individu dalam jumlah banyak akan menyebabkan fekunditas
rendah pada tahun yang lainnya.
Menurut Nikolsky
(1963), jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan dinamakan fekunditas
individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Dalam hal ini ia
memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam
memperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing
harus mendapatkan kesempatan yang sama. Konsekuensinya harus mengambil telur
dari beberapa bagian ovari (kalau bukan dengan metoda numerikal). Kalau ada
telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam daerah yang berlainan
dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah. pada tahun 1969, Nikolsky
selanjutnya menyatakan bahwa adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang
akan dikeluarkan tahun itu pula. Dalam ovari biasanya ada dua macam ukuran
telur, yang besar dan yang kecil. Sehubungan dengan ini maka dianjurkan untuk
menentukan fekunditas ikan apabila ovari ikan itu sedang dalam tahap kematangan
yang ke IV (menurut Nikolsky) dan yang baik sesaat sebelum terjadi pemijahan
(Effendie, 1997).
Menurut Bagenal et all (1967), untuk ikan-ikan tropik dan
sub-tropik, definisi fekunditas yang paling cocok kondisinya ialah jumlah telur
yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa hidupnya. Parameter ini relevan
dan dapat ditentukan karena kematangan tiap-tiap ikan pada waktu pertama
kalinya dapat diketahui dan juga statistik kecepatan mortalitasnya dapat
ditentukan pula dalam pengelolaan perikanan yang baik. Menurut Effendie (1979)
nilai fekunditas dapat dinyatakan dengan rumus :
Keterangan
F = Fekunditas
G = Berat gonad (gr)
V = Volume pengenceran (mL)
X = Jumlah telur
Q = Berat telur contoh (gr)
2.5. Analisa Pola Kebiasaan Makanan Ikan (Food Habits)
Dalam
mengelompokkan ikan berdasarkan kepada makanannya, ada ikan sebagai pemakan
plankton, pemakan tanaman, pemakan dasar, pemakan detritus, ikan buas dan ikan
pemakan campuran. Berdasarkan kepada jumlah variasi dari macam-macam makanan
tadi, ikan dapat dibagi menjadi euryphagic yaitu ikan pemakan bermacam-macam
makanan, stenophagic ikan pemakan makan yang macamnya sedikit atau sempit dan
monophagic ialah ikan yang makanannya terdiri dari satu macam makanan saja
(Effendie, 1979).
Analisa pola
kebiasan makanan ikan dipakai dalam menentukan gizi alamiah ikan itu. Dengan
mengetahui kebiasaan makanan ikan, maka dapat dilihat hubungan ekologi diantara
organisme. Misalnya rantai makanan, bentuk-bentuk pemangsaan, predasi dan
kompetisi. Jadi makanan dapat menjadi faktor penentu bagi pertumbuhan, kondisi
ikan, dan populasi ikan tersebut. Jenis makanan satu spesies ikan biasanya
tergantung pada umur, tempat dan waktu dimana ikan tersebut berada (Effendie,
1979).
Kebanyakan cara
ikan mencari makanan dengan menggunakan mata, Penciuman dan peraba digunakan
juga untuk mencari makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang
kekurangan cahaya atau dalam perairan keruh dalam mencari makanan akan mengukur
apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran mulutnya. Tetapi ikan yang
menggunakan penciuman dan peraba tidak melakukan pengukuran, melainkan kalau
makanan sudah masuk mulut akan diterima atau ditolak (Effendie, 1979).
Sehubungan dengan kebiasaan ikan mencari makanannya, pada ikan
terdapat apa yang dinamakan feeding periodicity masa ikan aktif mengambil
makanan selama 24 jam. Bergantung kepada ikannya feeding periodicity ada yang
satu atau dua kali. Lamanya ada yang satu atau dua jam, bahkan ada yang terus
menerus. Pada ikan buas memakan mangsa ukuran besar interval pengambilan
makanannya mungkin lebih dari satu hari. Feeding periodicity ikan nocturnal
aktif pada malam hari dimulai dari matahari terbenam sampai pagi dan untuk ikan
diurnal pada siang hari. Feeding periodicity ini berhubungan suplai makanan
juga dengan musim. Kalau kondisi lingkungan menjadi buruk feeding periodicity
dapat berubah, bahkan dapat menyebabkan terhentinya pengambilan makanan
(Effendie, 1979).
2.6.Analisa Hubungan Panjang
Berat
Pertumbuhan
adalah perubahan ukuran individu, biasanya pertumbuhan diukur dalam satuan
panjang, berat dan atau energi. Dalam hubungannya dengan waktu, pertumbuhan didefinisikan
sebagai ukuran rata-rata ikan pada waktu tertentu (pertumbuhan mutlak) dan
perubahan panjang atau berat pada awal periode (pertumbuhan nisbi) ( Effendie,
1979).
Menurut Wootton
(1990), hubungan panjang dan berat ikan memberikan suatu petunjuk tentang
keadaan ikan. Studi hubungan berat panjang dan berat ikan mempunyai nilai
praktis yang memungkinkan mengubah nilai panjang ke dalam berat ikan atau
sebaliknya.
Seperti telah
dikemukakan dimuka bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
ini dapat digolongkan menjadi dua bagian yang besar yaitu faktor dalam dan
luar. Faktor-faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak.
Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya ialah
keturunan seks, umur parasit dan penyakit. Dalam suatu kultur, faktor keturunan
mungkin dapat dikontrol dengan mengadakan seleksi untuk mencari ikan yang baik
pertumbuhannya. Tetapi kalau dalam alam tidak ada kontrol yang dapat
diterapkan. Juga faktor seks tidak dapat dikontrol. Ada ikan betina
pertumbuhannya lebih baik dari ikan jantan dan sebaliknya ada pula spesies ikan
yang tidak mempunyai pertumbuhan pada ikan betina dan ikan jantan. Tercapainya
kematangan gonad untuk pertama kali kiranya mempengaruhi pertumbuhan yaitu
kecepatan pertumbuhan menjadi sedikit lambat. Sebagian dari makanan yang
dimakan tertuju kepada perkembangan gonad. Pembuatan sarang, pemijahan
penjagaan keturunan membuat pertumbuhan tidak bertambah karena pada waktu
tersebut pada umumnya iakn tidak makan. Baru setelah periode tersebut ikan
mengembalikan lagi kondisinya dengan mengambil makanan tersebut sedia kala
(Bagenal, 1967) dalam Effendie (1979)
Pertambahan
ukuran baik dalam panjang atau dalam berat biasanya diukur dalam waktu
tertentu. Hubungan pertambahan ukuran dengan waktu bila digambarkan dalam suatu
sistem koordinat menghasilkan suatu diagram dikenal dengan nama kurva
pertumbuhan (Djuhanda, 1981).
Hubungan
panjang dan berat ikan memberikan suatu petunjuk tentang keadaan ikan. Analisa
hubungan panjang dan berat ikan mempunyai nilai praktis yang memungkinkan untuk
mengubah nilai panjang kedalam berat ikan atau sebaliknya (Rifai, 1983).
2.7. Faktor Kondisi
Salah satu
faktor penting dalam pertumbuhan adalah faktor kondisi atau indeks ponderal.
Sering pula disebut faktor K. Faktor ini menunjukkan keadaan balik dari ikan
yang dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi. Dalam
penggunaanya secara komersil, kondisi ini memiliki arti kualitas dan kuantitas
daging ikan yang tersedia untuk dapat dimanfaatkan atau dimakan. Jadi kondisi
disini berarti memberikan keterangan secara biologis maupun komersial
(Effendie, 1997).
Selama dalam
masa pertumbuhan, tiap pertambahan berat material ikan akan bertambah panjang
dimana perbandingan liniernya akan tetap. Dalam hal ini, berat ikan yang ideal
dianggap sama dengan pangkat tiga dari panjangnya dan berlaku untuk ikan kecil
maupun besar. Bila terdapat perubahan berat tanpa diikuti oleh perubahan
panjang atau sebaliknya, akan menyebabkan perubahan nilai perbandingan tadi (
Effendie, 1997).
Perhitungan faktor kondisi ini berkaitan dengan perhitungan
analisis hubungan panjang berat ikan yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk
perhitungan faktor kondisi digunakan rumus :
Dimana :
K(TI) = Faktor kondisi
dalam panjang total
W = Berat rata-rata
ikan dalam gram yang terdapat dalam suatu kelas
L = Panjang rata – rata
ikan dalam cm
yang terdapat dalam
kelas tersebut.
Harga K sebenarnya tidak berarti apa-apa, akan tetapi terlihat
kegunaannya apabila telah dibandingkan dengan individu lainnya antara satu grup
dengan grup lainnya. Harga K itu berkisar antara 2 – 4 apabila bentuk agak
pipih, sedangkan bila badannya kurang pipih maka harga K berkisar antara 1 – 3
(Effendie, 1997).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
3.1
Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 9 Januari 2013 Bertempatan
di Laboratorium Universitas Muhammadiyah
Sukabumi , Jawa Barat .
3.2
Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
·
Pengaris
·
Timbangan
·
Plastik
·
Sarung Tangan
·
Jarum
·
Buku
·
Balpoint
3.2.2 Bahan
·
30 Ikan Nila
·
Formalin
3.3
Langkah Kerja
·
Langkah yang
pertama yang harus dilakukan mengambil satu ekor ikan lalu matikan menggunakan
jarum pentul
·
Langkah Kedua
Menentukan Jenis Kelamin
·
Langkah Ketiga Mengkur Panjang Ikan Nila tersebut
·
Langkah Ke empat lalu menimbang berat ikan
·
Langkah Kelima masukan kedalam plastic yang sudah di
sediakan
·
Langkah
Keenam masukan formalin 0,1 % kedalam
plastic hingga menutupi semua bagian ikan
nila .
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan
Hasil yang saya amati jumlah ikan jantan lebih besar dari pada
jumlah ikan betina ,ikan jantan berjumlah 18 dan untuk jantan 12 ekor .
4.2.1 Menentukan Nilai X Dan Y
Nilai X : =SUM(AI:A30) Jumlah 883.2 Gram
Nilai Y : =SUM(BI:B30) Jumlah 3576 mm
4.2.2 Faktor Kondisi
K(TI) = Faktor kondisi
dalam panjang total
W = Berat rata-rata
ikan dalam gram yang terdapat dalam suatu kelas
L = Panjang rata – rata
ikan dalam cm
yang terdapat dalam
Diketahui : W Berat 883.2 Gram
L
Panjang 3576 mm
Ditanya :Faktor kondisi ?
Jawab :
Untuk Nilai Rata-rata
berat 883.2 Gram : 30 = 29,44 Gram
Untuk Nilai Rata-rata Panjang 3576 mm : 30 = 119.2 mm
Jadi Faktor
Kondisi Ikan Nilai yang Berjumlah 30 ekor ini sangat baik ,dan Seimbang bias di liat dari nilai rata-rata yang tidak
beda jauh dari keseluruha ikan nila yang di amati .
BAB
V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Jadi
kesimpulannya ketika kita akan melakukan budidaya jauh sebelumnya kita bisa
mengetahui terlebihi dahulu Nilai Berat dan panjang ikan yang akan di
budidayakan tersebut .
Dan Sangat penting Sekali Praktikum tingkat Kematangan gonad karena
Berhubungan dengan Pemijahan .
LAPORAN PRAKTIKUM TINGKAT KEMATANGAN GONAT IKAN NILA
Reviewed by Screamer
on
10:15
Rating:
No comments: