MAKALAH CRUSTACEA
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Invertebrata )
Disusun Oleh :
Muhamad
Galih Prayoga
(033041111003)
PROGRAM
STUDI MANAJEMAN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nyah sehingga penyusun tugas ini dapat di selesaikan
Tugas ini disusun untuk di ajukan sebagai tugas Mata
Invertebrata Yang Berjudul “CRUSTACEA” jurusan sumber daya perairan fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Demikian tugas
ini disusun semoga bermanfaat,agar dapat memenuhi tugas mata kuliah Pengantara
Ilmu Perikanan
DAFTAR
ISI
Kata pengantar.......................................................................................... i
Daftar isi .................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
1.1Latar Belakang .................................................................................... 1
Bab II Isi
2.1 Struktur Tubuh....................................................................... ………3
2.2 Sistem Gerak....................................................................................... 4
2.3
Sistem Peredaran Darah................................................................. 4
2.4
Sistem Pencernaan.......................................................................... 4
2.5
Sistem Pernafasan........................................................................... 5
2.6
Sistem Ekresi..................................................................................... 5
2.7 . Alat Indra dan Saraf......................................................................... 5
2.8
Alat Reproduksi................................................................................. 5
2.9 Jenis-Jenis Crustacea ...................................................................... 6
2.9.2
Copepoda........................................................................... 6
2.9.1
Anostraca........................................................................... 8
2.9.3
Cirripedia............................................................................. 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 20
3.2 Saran ................................................................................................... 20
Daftar Pustaka........................................................................................... 21
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
bahasa Latin, crusta berarti cangkang. Sehingga Crustacea disebut juga hewan
bercangkang. Crustacea telah dikenal kurang lebih 26.000 jenis. Jenis crustacea
yang paling umum adalah udang dan kepiting. Habitatnya sebagian besar di air
tawar dan air laut, hanya sedikit yang hidup di darat.
Tubuh
crustacea terdiri atas 2 bagian pokok, yaitu: sefalothoraks (kepala dan dada
yang menyatu) dan badan bagian belakang (abdomen atau perut). Setiap ruas
tubuhnya terdapat sepasang kaki. Pada bagian perut, terdapat 5 kaki renang.
Pada bagian sefalothoraks terdapat sepasang antena, sepasang rahang atas
(maksila), dan sepasang rahang bawah (mandibula). Di bagian kepala - dada
terdapat 5 pasang kaki (1 pasang capit dan 4 pasang kaki jalan). Memiliki kulit
keras (karapaks) di daerah kepala. Di bagian anterior terdapat sepasang mata
majemuk yang bertangkai. Badan belakang pada udang melengkung diakhiri dengan
ekor. Sistem pencernaannya dimulai dari mulut ke kerongkongan ke lambung lalu
usus dan yang terakhir ke anus. Crustacea bernapas dengan insang. Sistem
sarafnya merupakan susunan saraf tangga tali. Sistem peredaran darah terbuka.
Mengalami fertilisasi internal. Pada umumnya perkembangan melalui fase larva.
Crustacea mempunyai 2 lubang kelamin dibelakang dada. Habitat terutama di air
tawar maupun air laut dan sedikit di darat
Klasifikasi
Crustacea dibagi menjadi 2 subkelas :
1. Enormostraca (Udang-udangan kecil)
Ciri:
berukuran kecil, serta merupakan zooplankton yang banyak terdapat di perairan
air laut atau tawar.
Anggotanya
terdiri dari: Ordo Copepoda, Ordo Cladocera, Ordo Ostracoda, dan Ordo Amphipoda
2. Malacostraca (Udang-udangan besar)
Anggotanya
terdiri dari:
- Ordo Isopoda (berkaki seragam) yang biasa
hidup dilaut, air tawar maupun darat. Contohnya yaitu udang belalang
- Ordo Decapoda (berkaki sepuluh) yang
mempunyai 5 pasang anggota gerak pada segmen dada sebagai kaki. Jenisnya
seperti udang, ketam, kepiting, rajungan, yuyu
Peranan
Crustacea:
a. Menguntungkan
- Sebagai bahan makanan berprotein
tinggi
- Sebagai zooplankton yaitu sumber makanan ikan
b. Merugikan
- Merusak galangan kapal
- Parast pada ikan dan kura kura
- Merusak pematang sawah / saluran
irigasi
BAB
II STRUKTUR TUBUH
2.1 Struktur Tubuh
Tubuh
Crustacea terdiri atas dua bagian, yaitu kepala dada yang menyatu
(sefalotoraks) dan perut atau badan belakang (abdomen). Bagian sefalotoraks
dilindungi oleh kulit keras yang disebut karapas dan 5 pasang kaki yang terdiri
dari 1 pasang kaki capit (keliped) dan 4 pasang kaki jalan. Selain itu, di
sefalotoraks juga terdapat sepasang antena, rahang atas, dan rahang bawah.
Sementara pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan di bagian
ujungnya terdapat ekor. Pada udang betina, kaki di bagian abdomen juga
berfungsi untuk menyimpan telurnya. Tubuh Crustacea bersegmen (beruas). Pada
bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu:
2
pasang antena
1
pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya
1
pasang maksilla
1
pasang maksilliped
Maksilla dan maksiliped
berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke mulut. Alat
gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk
berenang, merangkak atau menempel di dasar perairan.
2.2
Sistem Gerak
Crustacea menggunakan kaki
– kakinya untuk bergerak. Terdiri dari lima pasang kaki yang masing – masing
untuk sepasang kaki paling depan dan paling besar di gunakan untuk mencapit
sesuatu, empat kaki sesudahnya di gunakan untuk berjalan dan juga memiliki lima
pasang kaki di bagian belakang yang fungsinya untuk berenang (kaki renang).
Serta ia juga menggunakan ekornya untuk bergerak.
2.3 Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah
Crustacea disebut peredaran darah terbuka. Artinya darah beredar tanpa melalui
pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin, melainkan hemosianin yang
daya ikatnya terhadap O2 (oksigen) rendah.
2.4 Sistem Pencernaan
Crustacea memiliki system
pecernaan yang sempurna, karena di tubuhnya sudah ada mulut dan anus.. Alat
pencernaan berupa mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan
esophagus, lambung, usus dan anus terletak di bagian posterior. Hewan ini
memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala – dada di kedua
sisi abdomen.
2.5 Sistem Pernafasan
Pada umumnya Crustacea
bernafas dengan insang. Kecuali Crustacea yang bertubuh sangat kecil bernafas
dengan seluruh permukaan tubuhnya. O2 masuk dari air ke pembuluh insang,
sedangkan CO2 berdifusi dengan arah berlawanan. O2ini akan diedarkan ke seluruh
tumbuh tanpa melalui pembuluh darah..
2.6 Sistem Ekresi
Makanan Crustacea berupa
bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan. Sisa pencernaan selain dibuang melalui
anus, juga dibuang melalui alat eksresi disebut kelenjar hijau yang terletak di
dalam kepala
2.7
. Alat Indra dan Saraf
Sistem saraf Crustacea
disebut sebagai sistem saraf tangga tali, dimana ganglion kepala (otak)
terhubung dengan antena (indra peraba), mata (indra penglihatan), dan
statosista (indra keseimbangan).
2.8 Alat Reproduksi
Hewan
ini bersifat hemaprodit. Alat reproduksi pada umumnya terpisah, kecuali pada
beberapa Crustacea rendah. Alat kelamin betina terdapat pada pasangan kaki
ketiga. Sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki kelima.
Pembuahan terjadi secara eksternal (di luar tubuh).
BAB III KLASIFIKASI CRUSTACEA
2.9
Jenis-Jenis Crustacea
2.9.1
Anostraca
Klasifikasi
:
Filum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Ordo anostraca sebagian
besar termasuk feeder filter. Panjang tubuhnya sekitar 1 hingga 3 cm, tetapi
beberapa spesies, seperti Branchinecta gigas dapat tumbuh hingga 10 cm. Tubuh
tidak memiliki karapaks (cangkang keras atau tulang). Anostraca betina berwarna
orange gelap, merah atau biru. Kebanyakan anggota anostraca memiliki jenis
kelamin terpisah. Pada jantan kedua antenanya bermodifikasi menjadi organ yang
berfungsi untuk menangkap betina saat kawin. Tubuh dapat dibagi menjadi tiga
bagian yang berbeda : kepala, dada dan perut. Memiliki mata majemuk dan dua
pasang antenna. Telur dikelilingi oleh dinding tebal yang memungkinkan mereka
untuk bertahan dari kekeringan dan suhu tinggi. Mereka memakan bahan organik,
seperti detritus, alga, protozoa, dan bakteri Branchinecta gigas. Kepalanya
mengandung kelenjar pencernaan.
Anostraca
biasa dijumpai di kolam, danau dan air laut. Beberapa spesies dapat ditemukan
pada danau dan gunung. Sementara yang lain, terutama Artemia ditemukan di laut
di seluruh benua, kecuali Australia, dan Parartemia hanya di Australia. Spesies
Thamnocephalus ditemukan di Amerika Utara dan Amerika Selatan. Spesies
Dendrocephalus ditemukan di Amerika Selatan. Spesies Branchipodopsis ditemukan
di Afrika Selatan. Dan spesies Streptocephalus dan Branchinella ditemukan di
perbukitan timur laut Thailand.
Sistem
reproduksi pada anostraca termasuk biseksual. Mereka bertelur. Pada jantan,
kedua antena telah termodifikasi menjadi organ yang digunakan untuk menahan
betina selama kopulasi. Selain itu, anostracans jantan memiliki dua penis. Daur
hidupnya melalui 3 fase. Yang pertama fase kista (telur), merupakan suatu
kondisi istirahat pada hewan crustacea tingkat rendah seperti artemia. Yang
kedua, fase nauplius, merupakan fase dimana embrio anostraca masih terbungkus selaput penetasan. Dan yang
terakhir fase dewasa, dimana pada fase ini larva mulai dapat berenang bebas di
perairan.
Anostraca memiliki beberapa manfaat,
diantaranya:
a.
Telurnya dapat digunakan sebagai sumber utama protein hewani dan pakan ikan.
Misal: Telur Artemia.
b.
Spesies Streptocephalus dan spesies Branchinella dapat digunakan dalam berbagai
hidangan lokal.
Berikut beberapa contoh spesies Anostraca:
a. Family Streptocephalidae, contoh:
Streptocephalus seali Ryder.
b. Family Chirocephalidae, contoh: Artemiopsis stephanssoni
Johansen, Eubranchipus bundyi Forbes, Eubranchipus ornatus Holmes, dan
Eubranchipus intricatus Hartland-Rowe
c. Family Artemiidae, contoh: Artemia
franciscana Kellogg
d. Family Branchinectidae,
contoh: Branchinecta campestris Lynch, Branchinecta coloradensis Packard,
Branchinecta gigas Lynch, Branchinecta lindahli Packard, Branchinecta mackini
Dexter, dan Branchinecta paludosa Muller
2.9.2 Copepoda
Copepoda
berasal dari bahasa Yunani yaitu Kope = "dayung" dan Podos =
"kaki". Oleh karena itu Copepod = berdayung kaki, yang mengacu pada
sepasang kaki yang sama yang bergerak bersama-sama. Copepoda merupakan kelompok
entomostraca dengan jumlah spesies terbesar, yaitu sekitar 12.000 spesies dan
sebagian besar hidup bebas dan sekitar 25%-nya sebagian ektoparasit. Kebanyakan
Copepoda terdapat di laut dan sebagian lagi di air tawar, baik sebagai plankton
maupun fauna interstisial. Beberapa spesies hidup dalam hamparan lumut dan
humus. Rata-rata ukurannya antara 0,5-15 mm tetapi ada yang dapat mencapai 25
cm yang biasanya sebagai parasit, misalnya Panella sebagai ektoparasit pada
ikan laut dan ikan hiu.
Klasifikasi
:
Kingdom
: Animalia
Filum : Arthtropoda
Subfilum
: Crustacea
Kelas : Maxillopoda
Subkelas : Copepoda
Tubuh kelompok ini berbuku-buku
dengan bentuk pipih memanjang dan berkaki pendek dimana anterior lebih lebar.
Bentuk dewasa mempunyai sebuah alat penginderaan pertama yaitu antena yang
tersusun dari banyak segmen. Sedangkan antena kedua berfungsi untuk memegang.
Pada daerah oral tubuh, dari beberapa kelompok yang termasuk parasit Copepoda
termodifikasi sebagai mulut yang berbentuk pipa (mouth-tube) yang berfungsi
untuk menyedot makanan, dengan mandibula berbentuk seperti parutan dibagian
dalamnya.
Adaptasi
secara morfologis yang terjadi pada parasit Copepoda berupa tambahan
Cephalothorax yang kompleks pipih memanjang dan bagian ventral cembung dengan
sebuah lempeng penghisap (sucking disc). Selain itu ada yang mempunyai struktur
seperti jangkar, berfungsi untuk menjaga parasit agar tetap menempel pada
hospes selama hidupnya. Contohnya pada Lernaecopodidae dan bangsa
Siphonostomatoida. Copepoda dewasa berukuran antara 1 dan 5 mm. Bagian depan
meliputi 2 bagian yakni cephalotoraks dan abdomen yang lebih kecil dibandingkan
cephalotoraks. Pada bagian kepala memiliki mata di bagian tengah dan antenna
yang pada umumnya sangat panjang. Copepoda yang bersifat planktonik pada
umumnya suspension feeders.
Copepod
dibagi menjadi 10 ordo, yaitu: Calanoid, Harpacticoid, Cyclopoid, Gelylloida,
Harpacticoida, Misophrioida, Monstrilloida, Platycopioida, Poecilostomatoida,
Siphonostoida, dan Argulidae. Sebagian besar anggota dari Copepoda adalah
parasit pada invertebrata lain atau ikan. Kelompok-kelompok parasit menunjukkan
sejumlah besar keanekaragaman morfologi dan memiliki spesialisasi yang luar
biasa banyak untuk gaya hidup mereka parasit. Tiga kelompok yang paling sering
hidup bebas,yaitu Calanoida, Harpactacoida, dan Cyclopoida. Para Harpactacoida
bersifat bentik terbukti dengan berbentuk ulat mereka (berbentuk cacing). Para
Calanoida dan Cyclopoida bersifat planktonik dan keduanya sangat penting dalam
jaring makanan pada ekosistem.
Copepoda
berenang menggunakan kaki renang dengan gerakan yang sangat cepat dan
menyentak-nyentak (jerky sudden motions). Bila gerakan kaki renang berhenti,
maka antena pertama (antenul) membuka ke arah lateral supaya tidak tenggelam.
Bila sedang berenang, antenul mengarah ke belakang.
Kebanyakan
copepoda planktonik di luar terdapat pada lapisan permukaan sampai kedalaman 50
m, namun banyak spesies dijumpai sampai 2.000 m, bahkan beberapa spesies lebih
dalam lagi. Banyak spesies copepoda melakukan migrasi vertikal, dan dalam hal
ini dipengaruhi cahaya. Harpacticoida dan cyclopoida penghuni dasar perairan
merayap atau meliang (burrow) dalam substrat menggunakan kaki thorax dan gerak
undulasi tubuh. Banyak harpacticoida hidup sebagai fauna interstisial mempunyai
tubuh langsing dan antenna yang pendek.
Copepoda
planktonik umumnya bersifat filter feeder dan memakan plankton. Banyak pula
jenis yang menangkap organisme lebih besar disamping sebagai filter feeder,
bahkan beberapa spesies merupakan predator. Beberapa jenis Cyclopoida seperti
beberapa spesies Cyclops juga predator. Kebanyakan Harpaticoid benthic memakan
bakteri dan detritus. Cadangan makanan dalam bentuk butir-butir minyak
merupakan penyebab utama warna merah cerah pada beberapa spesies Diaptomus.
Tubuh
Copepoda dibagi menjadi dua daerah,yaitu prosomal dan urosomal. Wilayah ini
dipisahkan oleh artikulasi utama atau titik meregangkan dalam tubuh. Kelompok
copepoda yang berbeda memiliki nomor yang berbeda dari segmen dalam prosome,
sehingga generalisasi tidak dapat dibuat. Pada bagian prosomal dibagi menjadi
dua bagian yaitu cephalotoraks (kepala dengan toraks dan segmen toraks ke enam)
dan abdomen yang lebih kecil dibandingkan cephalotoraks, sedangkan urosomal
merupakan bagian segmen toraks ke-7 sampai ekor. Hampir semua bagian tubuh
ditemukan pada segmen prosomal kecuali untuk bagian spiney pada segmen tubuh
terakhir disebut caudal ramus.
Cephalotoraks mempunyai 5 pasang anggota tubuh yaitu antena pertama, antena kedua, mandible,
maxila pertama, maxilla kedua. Antena pertama berjumlah 25 segmen yang
berfungsi sebagai alat sensor, gerak dan proses pembuahan/copulasi (jantan)
untuk menempel pada betina. Antena kedua lebih pendek & berfungsi alat
sensor jika ada mangsa atau saat terancam maka antenna ini yang akan mengirim
sensor ke otak. Mempunyai sebuah mata nauplius median (di tengah) yang terdiri
atas 3 buah ocelli yaitu 2 lateral dan sebuah median. Selain itu juga terdapat
sepasang maksilliped dan masing pasangan mempunyai kaki renang yang biramus (3
segmen eksopod & 3 segmen endopod). Pada betina memiliki egg sac atau
kantung telur untuk menyimpan telur. Bagian abdomen juga terdapat kaki renang
yang biramus yang berjumlah lima pasang.
Habitat
copepoda bermacam-macam, antara lain:
a) Habitat Laut
Meskipun copepoda dapat
ditemukan hampir di mana air tersedia tetapi sebagian besar yang dikenal hidup
di laut. Karena mereka adalah biomassa terbesar di lautan. Beberapa menyebut
mereka serangga laut. Mereka berkeliaran bebas air, liang melalui sedimen di
dasar laut, ditemukan pada flat pasang surut dan dalam parit laut dalam.
Setidaknya sepertiga dari semua spesies hidup sebagai asosiasi, commensals atau
parasit pada invertebrata dan ikan. Salah satu hotspot keanekaragaman spesies
terumbu karang tropis di IndoPacific. Beberapa spesies karang adalah host untuk
sampai dengan 8 spesies copepoda. Seperti flat pasang mangrove berkerumun
dengan kehidupan copepoda .
b) Habitat Air Tawar
Spesies
dari Calanoida, Cyclopoida dan Harpacticoida telah berhasil dijajah semua jenis
habitat air tawar dari sungai kecil untuk danau gletser tinggi di Himalaya.
Meskipun keanekaragaman jenis di air tawar tidak setinggi dalam kelimpahan laut
copepoda terkadang cukup besar untuk noda air. Bahkan di air tanah copepoda
khusus telah berevolusi. Beberapa spesies copepoda dapat ditemukan pada musim
gugur daun hutan basah atau di tumpukan kompos basah, kadang-kadang dalam
kepadatan cukup tinggi. Lainnya tinggal di lumut gambut atau bahkan dalam
phytothelmata (kolam kecil terbentuk di axils meninggalkan tanaman) dari
bromeliad dan tanaman lainnya.
Copepoda
dapat bertahan hidup degan baik pada berbagai habitat karena dapat bertahan
pada perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim. Hidup pada salinitas 25 sampai
35 ppt dan pada suhu 17-30°C pada PH 8.
Walaupun
memiliki tubuh yang kecil tetapi Copepoda memliki banyak manfaat yang sangat
penting salah satunya memegang peranan penting dalam rantai makanan pada suatu
ekosistem perairan. Copepoda memiliki peran penting pada rantai makanan di
lautan karena peranannya sebagai sumber makanan utama bagi karnivor, termasuk
jenis-jenis ikan untuk kepentingan komersial. Dalam industri pembenihan ikan
laut saat ini, copepoda mulai banyak dimanfaatkan sebagai pakan alami untuk
larva ikan. Copepoda cocok sebagai pakan larva ikan karena selain mempunyai
nilai nutrisi yang tinggi juga karena ukuran tubuh yang bervariasi sehingga
sesuai tingkat perkembangan larva ikan. Hasil-hasil penelitian menunjukkan
bahwa copepoda dapat meningkatkan pertumbuhan larva ikan laut yang lebih cepat
dibandingkan Rotifer dan Artemia.
Copepoda
memiliki kandungan protein yang tinggi (antara 44 dan 52%) dan struktur asam
amino yang baik kecuali metionin dan histidin. Komposisi asam lemak dari
copepoda bervariasi tergantung pakan yang diberikan selama kegiatan budidaya.
Fase
nauplius: 3,5% EPA; 9% DHA; 15% HUFA(n-3)
Fase
dewasa: - Pakan Dunaliella(6% EPA;
17% DHA)
- Pakan Rhodomonas (18% EPA; 32% DHA)
Copepoda
(copepodit dan copepoda dewasa) juga dipercaya memiliki level enzim pencernaan
yang lebih tinggi dan berperan penting untuk menunjang kebutuhan nutrisi larva.
Padahal pada fase awal dari larva ikan-ikan laut belum memiliki perkembangan
pada sistem pencernaan dan yang lebih dipercaya berperan hanyalah cadangan
makanan exogenous (pakan dari luar) sebagai cadangan makanan alami untuk
organisme. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pederson (1984 dalam Lavens dan
Sorgeloos, 1996), yang menguji pencernaan pada awal pemeliharaan larva, dan
ditemukan bahwa copepoda lebih cepat tercerna dan cepat melewati usus serta
lebih bagus tercerna dibandingkan Artemia.
Copepoda
kaya akan protein, lemak, asam amino esensial yang dapat mempercepat
pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh serta mencerahkan warna pada udang
dan ikan. Keunggulan copepoda juga telah diakui oleh para peneliti, karena
kandungan DHA-nya yang tinggi, dapat menyokong perkembangan mata dan
meningkatkan derajat kelulushidupan larva. Copepoda juga mempunyai kandungan
lemak polar yang lebih tinggi dibandingkan dengan Artemia sehingga dapat
menghasilkan pigmentasi yang lebih baik bagi larva ikan. Perairan Indonesia
kaya akan kehadiran berbagai jenis copepoda, memiliki peluang besar untuk
memilih jenis pakan hidup yang unggul sebagai pakan alternatif atau pengganti
Artemia yang saat ini harganya kian melambung.
Selain
itu, beberapa copepoda memiliki beberapa manfaat tambahan. Mereka adalah
"detritivores", yang berarti mereka akan mengais sisa-sisa makanan
ikan, kotoran ikan, dan bakteri di dalam ekosistem. Mereka dapat membantu
mengontrol kualitas air dengan memakan makanan yang tidak terpakai yang
akhirnya dapat menyebabkan overload bakteri dalam kolam ikan.
Pembudidayaan
copepoda memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain:
a. Kelebihan Copepoda:
- Kandungan protein yang tinggi (44-52%)
- Kandungan asam amino yang tinggi :
meningkatkan daya reproduksi induk, mempercepat pertumbuhan, meningkatkan daya
tahan tubuh serta mencerahkan warna pada udang dan ikan.
- Kandungan EFA (Essential fatty acid),
DHA , serta (n-3) HUFA (highly unsaturated fatty acid) sangat tinggi pada tahap
nauplius
- Lebih mudah untuk dicerna dibanding
Artemia
- Dapat didistribusikan dalam berbagai
tahap hidup (nauplii atau copepodit) sesuai kebutuhan
b. Kekurangan Copepoda
- Sulit untuk diproduksi secara masal,
terkait dengan siklus hidup
Copepoda
betina mempunyai sebuah atau sepasang ovary dan sepasang seminal receptacle.
Copepoda jantan yang hidup bebas biasanya mempunyai sebuah testes dan membentuk
spermatofora. Pada waktu kopulasi, copepoda jantan memegang yang betina dengan
antena pertama atau kaki renang keempat atau kelima yang berbentuk capit, dan
melekatkan spermatofora pada betina pada pembuahan seminal receptacle. Sekali
kopulasi dapat digunakan untuk membuahi 7 sampai 13 kelompok telur. Telur yang
telah dibuahi dierami dalam sebuah atau sepasang kantung telur. Tiap kantung
telur berisi antara 5 sampai 50 butir telur. Copepoda betina mengerami telur
sampai selama 12 jam sampai 5 hari, maka kantung telur hancur dan keluarlah
larva yang disebut nauplius. Kemudian copepoda betina tersebut akan
menghasilkan kantung baru dan kelompok telur baru.
Stadia
nauplius sebnyak 5 atau 6 instar, kemudian menjadi copepodid sebanyak 5 instar,
dan akhirnya menjadi dewasa. Copepoda dewasa tidak mengalami pergantian kulit.
Perkembangan dari telur sampai dewasa memakan waktu antara satu minggu sampai
satu tahun. Copepoda hidup bebas berumur antara 6 bulan sampai satu tahun
lebih. Untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan buruk, beberapa caponoid
dan harpaticoid air tawar menghasilkan telur dengan cangkang tipis dan telur dorman
dengan cangkang tebal. Jenis air tawar yang lain, ada instar copepodid atau
dewasa melakukan estivasi dengan membungkus diri dengan selubung organic yang
keras dan menjadi siste. Selain untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan
buruk, telur dorman atau siste juga merupakan sarana penyebaran keturunan.
Copepoda hidup bernafas
dengan permukaan tubuh. Kelenjar makila merupakan alat ekskresi. Tidak ada
jantung ataupun pembuluh darah. Darah beredar dalam hemocoel karena adanya
gerakan otot, apendik saluran pencernaan. Hanya calanoid yang mempunyai jantung
semacam kantung. Susunan syaraf terpusat, dan benang syaraf tidak melewati
thorax. Copepoda yang hidup sebagai parasit lebih dari 1000 spesies. Kebanyakan
sebagai ektoparasit, namun banyak juga sebagai endoparasit dalam tubuh
polychaeta, usus leli laut, saluran pencernaan tunica dan kerang, bahkan pada
crustacea lain. Endoparasit acapkali tidak mempunyai mulut, dan makanan
diabsorbsi langsung dari inang.
2.9.3 Cirripedia
Cirripedia
merupakan salah satu ordo yang termasuk dalam Entomostraca atau Crustacea
rendah. Tubuhnya terdiri dari kepala dan dada yang ditutupi karapaks berbentuk
cakram yang hidup melekat di laut. Cirripedia bersifat parasit dengan cara
hidupnya yang beranekaragam. Salahsatu diantaranya yaitu Teritip.
Klasifikasi Teritip:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Mandibulata
Kelas : Crustacea
Subclass : Cirripedia
Teritip sering diabaikan
karena kita lebih tertarik pada hewan-hewan laut yang berwarna-warni. Teritip
biasa dikenal dengan nama barnakel. Mereka dianggap sebagai salah satu makhluk
hidup tertua di bumi, karena diperkirakan hidup jutaan tahun yang lalu. Teritip
merupakan crustacea yang mirip dengan kepiting dan udang. Mereka termasuk dalam
kelas Cirripedia.
Teritip
memiliki 6 tentakel yang digunakan untuk menangkap makanan yang disebut dengan
“cirri”. Enam tentakel tersebut dilengkapi dengan bulu-bulu yang berfungsi
untuk menarik air ke dalam cangkang, sehingga mereka bisa makan. Teritip mengeluarkan
tentakel dan memperluas bulu-bulunya ketika air laut pasang. Bulu-bulu tersebut
tersegmentasi untuk mengumpulkan plankton dari air. Setelah mendapatkan
makanan, tentakel membentuk seperti sendok dimana partikel-partikel makanan
yang didapatkan diteruskan ke mulut. Tentakel kedua digunakan untuk menyaring
kadar polusi dan mendeteksi perubahan kondisi air, sehingga mereka bisa hidup
meskipun kondisi air tidak baik.
Ada
sekitar 1000 spesies teritip yang telah diketahui. Terkadang sulit dibedakan dengan
mollusca karena cangkang luarnya yang keras. Cangkang teritip digunakan sebagai
mantel untuk menutupi tubuhnya yang terbuat dari kalsit. Teritip hidup sebagai
sessile (menempel pada substrat). Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki lem
dari kelenjar khusus yang mengandung protein, dimana lem tersebut dapat
mengeras dengan cepat di bawah air dan tekanan tinggi. Lem tetap dapat melekat
kuat meskipun teritip sudah mati. Mereka sering ditemukan menempel di cangkang
kepiting, ikan paus, batu, cangkang penyu, dan dinding perahu. Kerak dari
teritip dapat berkembang dengan cepat di dinding kapal. Hal ini dapat
mengurangi kecepatan kapal dan meningkatkan konsumsi bahan bakar meskipun sudah
dicegah dengan melapisi dinding kapal menggunakan cat beracun. Namun, dengan
cara tersebut teritip masih bisa hidup karena mereka dapat mengakumulasi logam
berat yang berguna sebagai bio-indikator untuk mengukur polusi air. Meskipun
beberapa spesies teritip bersifat parasit, namun sebagian besar teritip tidak
berbahaya. Hal tersebut dikarenakan teritip feeder filter. Teritip juga tidak
mengganggu dan tidak merugikan hewan lain.
Panjang
tubuh teritip antara 1 sampai 7 cm. Rata-rata bisa hidup 5 hingga 10 tahun.
Teritip merupakan hewan hermaprodit. Tetapi mereka tidak membuahi dirinya
sendiri. Mereka juga tidak melepaskan telur dan sperma ke dalam air pada saat
bersamaan. Setelah terjadi pembuahan silang, telur akan dierami pada kantung
telur yang terdapat dalam rongga mantel.
Telur akan menetas menjadi
larva naupilus. Larva ini berenang bebas. Ukurannya sekitar 500 mikron hingga
2mm. Pada sudut-sudut depan larva terdapat duri seperti tanduk. Larva naupilus
tidak makan. Ia memiliki antena dan satu buah mata. Tubuhnya berbentuk perisai.
Juga mengalami molting (pergantian kulit) beberapa kali. Pada tahap ini, sistem
sarafnya mulai berkembang, yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan mangsa.
Fase
Nauplius:
Kemudian larva naupilus
berkembang menjadi larva cyprid. Pada tahap ini, larva mulai mencari dan
menempel pada substrat yang cocok. Ketika menemukan substrat yang cocok, ia
akan mengeluarkan lem dari kelenjar khusus di antenanya untuk menempelkan
dirinya sebelum bermetamorfosis ke tahap dewasa. Setelah itu, ia akan membentuk
struktur yang keras seperti cangkang mollusca. Bersifat fototropik negatif atau
menjauhi cahaya. Larva ini menjelajahi permukaan substrat dengan merayap. Otak
larva cyprid cukup kompleks. Ia memiliki sistem sensori ganda yang digunakan
untuk mendeteksi tempat hidup yang sesuai.
Fase
cyprid:
Setelah dewasa, tubuhnya
bisa mencapai 7 cm. Untuk mencapai tahap dewasa, larva teritip membutuhkan
waktu lebih dari enam bulan. Karapaks sudah menyatu dengan tubuhnya, sehingga
hanya ada celah untuk jalan keluar masuk tentakel agar tetap bisa makan serta
celah untuk penis.
Fase
dewasa
Predator teritip sangat
banyak, seperti: cacing, siput, bintang laut, dan ikan. Selain itu, teririp
tidak mampu bertahan hidup apabila ada limbah minyak. Mereka juga saling
bersaing mendapatkan habitat yang layak bagi dirinya.
Teritip mengandung protein
yang tinggi sehingga ia bisa dijadikan sumber makanan bagi ikan-ikan. Fosilnya
juga dapat dijadikan sebagai tempat hidup hewan-hewan kecil.
BAB III SIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Crustacea merupakan salah
satu dari jenis Filum Anthropoda. Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea di
golongkan menjagi 2 kelompok yang mana kedua kelompok tersebut juga dibagi
menjadi beberapa ordo, yaitu Entomostraca, udang tingkat rendah), ordo :
Branchiopoda, Ostracoda, Copecoda, Cirripedia. Dan Malakostraca (udang tingkat
tinggi), ordonya terdiri dari : Isopoda, Stomatopoda, Decapoda.
3.2
Saran
Banyak hewan laut seperti
kelas crustacean ini yang dapat kita pelajari, dan menjadikannya ilmu yang
bermanfaat.
Dan untuk mencegah ilmu –
ilmu tersebut yang berasal dari hewn – hewan laut, maka kita harus menjaga hewn
– hewan laut tersebut semampu kita.
Daftar Pustaka
Adelaide. 2004. Ocean pods
: aquacultured copepods of the hobbyist. http://www.oceanpods.com. Diakses
tanggal 10 Desember 2011.
Adi,bagus S.2011. Copepods
(Copepoda) Ciri umum, Ciri khusus, Habitat, Penyakit. http://www.sbg.ac.at.
Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Alexandro. 2009. Barnacle.
http://www.balanced.ca/. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Clifford, Hugh F. 2007. Aquatic
Invertebrates of Alberta : Copepod. http://invertebrates.si.edu/copepod.
Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Erghi, Muhammad. 2010.
Crustacea. http://nemofishunhas.blogspot.com. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Hermawan. 2010. Crustacea. http://e-dukasi.net.
Diakses tanggal 10 Desember 2011. http://gmpg.org. Diakses tanggal 10 Desember
2011.
Jacob. 2010. Barnacle.
http://a-z-animals.com. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Jimmy. 2010. Anostraca.
http://www.jiffynotes.com. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
John. 2011. Crustacea.
http://www.wildsingapore.com. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Lussy. 2009. Anostraca.
http://topic.askjot.com. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Ronquillo, U.2010.
Copepoda. http://www.kaskus.us. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Setyo, Andi. Copepoda.
http://www.ucmp.berkeley.edu. Diakses tanggal 10 Desember 2011
MAKALAH CRUSTACEA
Reviewed by Screamer
on
04:05
Rating:
No comments: