PERKEMBANGAN REPRODUKSI
(Diajukan Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Perairan)
Disusun Oleh :
Muhamad Ilman Maulana
(033041111005)
PROGRAM STUDI MANAJEMAN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nyah sehingga penyusun tugas ini dapat di
selesaikan
Tugas ini disusun
untuk di ajukan sebagai tugas Mata Invertebrata Yang Berjudul “PERKEMBANGAN REPRODUKSI ” jurusan sumber daya perairan fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Terima kasih Disampaikan kepada Dosen mata Kuliah
Invertebrata yang telah membimbing dan
memberikan kuliah demi kelancaran tugas ini .
Demikian tugas ini disusun semoga bermanfaat,agar
dapat memenuhi tugas mata kuliah Pengantara Ilmu Perikanan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pembangunan di
sektor perikanan mengacu kepada pembangunan Nasional yang di selaraskan dengan
kondisi wilayah dengan tidak lepas dari kebijakan pemerintah daerah dalam
mendukung konsep untuk meningkatkan daya tahan ke daerahan atas dasar kekuatan
sendiri. Perairan tawar Indonesia sebagai perairan tropis, memiliki plasma
nuftah perikanan yang sangat banyak. Spesies ikan air tawar sangat beragam, ada
yang berukuran besar dan ada yang berukuran kecil. Sebagian diantaranya dapat
dijadikan ikan hias dan sebagian lagi dijadikan ikan konsumsi, terutama ikan
yang berukuran besar.
Kalimantan
Tengah pada umumnya dan Kabupaten Seruyan pada khususnya memiliki potensi yang
sangat besar dibidang perikanan sehingga dengan potensi yang dimiliki ini dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang
dimiliki tersebut dengan semaksimal mungkin, baik itu untuk perikanan budidaya
maupun perikanan tangkap. Upaya yang dilakukan untuk menuju kesejahteraan
tersebut diatas, salah satunya adalah dengan perencanaan pengembangan kawasan
sentra produksi unggulan yang merupakan ruang untuk sektor – sektor strategis
yang diharapkan dapat mendorong percepatan hasil produksi perikanan dengan
perkembangan wilayah. Sektor budidaya merupakan salah satu alternatif dalam
pengembangan wilayah tersebut, sehingga dapat memperoleh hasil yang benar –
benar maksimal. Perkembangan usaha budidaya ikan semakin hari dirasakan semakin
meningkat. Hal ini memang sudah sejalan dengan kemajuan jaman dan teknologi.
Sebagaimana
ilmu – ilmu terapan yang lain, pengembangan ilmu dan teknologi perikanan sangat
ditentukan oleh pengetahuan dasar yang memadai, antara lain fisiologi.
Fisiologi sebagai salah satu cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan
kegiatan kehidupan dapat lebih mudah dipahami bila organisme dan fungsi sel
diketahui, dimana salah satu bentuk fisiologi tersebut adalah reproduksi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem reproduksi ikan dan proses
reproduksinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan
Anonim (2006), ikan adalah hewan berdarah
dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan
terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka
tinggal. Yushinta Fujaya (2004), ikan sebagai hewan air memiliki beberapa
mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat
menyebabkan perkembangan organ – organ ikan disesuaikan dengan kondisi
lingkungan. Misalnya, sebagai hewan yang hidup di air, baik itu perairan tawar
maupun di perairan laut menyebabkan ikan harus dapatmengetahui kekuatan maupun
arah arus, karenanya ikan dilengkapi dengan organ yang dikenal sebagai linea
lateral.
2.2
Teknologi Budidaya
Menurut
Irzal Effendi (2010), sistem teknologi akuakultur didefinisikan sebagai wadah
produsi beserta komponen lainnya dan teknologi yang diterapkan pada wadah
tersebut serta bekerja secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan akuakultur.
Sedikitnya terdapat 13 sistem akuakultur yang sudah diusahakan untuk
memproduksi ikan. Sistem tersebut adalah kolam air tenang, kolam air deras,
tambak, jaring apung, jarring tancap, karamba, kombongan, penculture,
enclosure, longline, rakit, bak-tangki-akuarium, dan ranching (restocking).
Menurut Khairul Amri, et al (2008) ada 4
(empat) cara pembenihan tawes yang biasa dilakukan, yaitu pembenihan secara
tradisional, cara tradisional yang diperbaiki, cara hypofisasi (kawin suntik),
dan pemijahan ala cangkringan.
2.3 Reproduksi
Yushinta Fujaya
(2004), reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan
sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk dapat
melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet
jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi
generasi baru.
Menurut Anonim
(2006), meskipun tidak semua individu mampu menghasilkan keturunan, namun
setidaknya reproduksi berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup di
permukaan bumi ini. Tingkah laku reproduksi
pada ikan merupakan suatu siklus yang dapat dikatakan berkala dan teratur. Kebanyakan ikan mempunyai siklus reproduksi tahunan. Sekali mereka
memulainya maka hal itu akan berulang terus menerus sampai mati. Beberapa ikan malahan
bisa bereproduksi lebih dari satu kali dalam satu tahun.
Menurut Anne Ahira (2011), cara reproduksi ikan ada antara lain :
1. Ovipar, yaitu sel telur dan sel sperma bertemu di luar tubuh dan embrio
ikan berkembang di luar tubuh sang induk. Contoh : ikan pada umumnya.
2.
Vivipar, kandungan kuning telur sangat sedikit, perkembangan embrio ditentukan
oleh hubungannya dengan placenta, dan anak ikan menyerupai induk dewasa.
3. Ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai
kuning telur, Embrio berkembang di dalam tubuh ikan induk betina, dan anak ikan
menyerupai induk dewasa. Contoh : ikan-ikan livebearers.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Seksualitas
Secara umum ikan dapat
dibedakan atas dua jenis yaitu jantan dan betina (biseksual/dioecious) dimana
sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama. Istilah lain untuk keadaan
ini disebut gonokhoristik yang terdiri atas dua kelompok yaitu :
1.
Kelompok yang tidak berdiferensiasi, artinya pada waktu juvenil, jaringan gonad
belum dapat diidentifikasi apakah berkelamin jantan atau betina.
2.
Kelompok yang berdiferensiasi, artinya sejak juvenil sudah tampak jenis
kelaminnya apakah jantan atau betina.
Selain gonokhoristik,
dikenal pula istilah hermafrodit yang artinya di dalam tubuh individu ditemukan
dua jenis gonad (jantan dan betina). Bila kedua jenis gonad ini berkembang secara
serentak dan mampu berfungsi, keduanya dapat matang bersamaan atau bergantian
maka jenis hermafrodit ini disebut hermafrodit sinkroni. Contoh ikan yang
bersifat seperti ini adalah Serranus cabrilla, Serranus subligerius dan Hepatus
hepatus. Ikan yang termasuk golongan ini adalah Sparrus auratus dan Pagellus
centrodontus. Bila pada awalnya berkelamin jantan namun semakin tua akan
berubah kelamin menjadi betina maka disebut sebagai hermafrodit protandri.
Sedangkan hermafrodit protogini adalah istilah untuk individu yang pada awalnya
berkelamin betina, namun semakin tua akan berubah menjadi kelamin jantan
seperti dijumpai pada ikan belut, Fluta alba.
Perbedaan seksualitas
pada ikan dapat dilihat dari ciri-ciri seksualnya. Ciri seksual pada ikan
terbagi atas ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Ciri seksual primer
adalah alat/organ yang berhubungan dengan proses reproduksi secara langsung. Ciri tersebut meliputi testes dan salurannya pada ikan jantan serta ovarium
dan salurannya pada ikan betina. Ciri seksual primer sering memerlukan
pembedahan untuk melihat perbedaannya. Hal ini membuat ciri seksual sekunder
lebih berguna dalam membedakan jantan dan betina meskipun kadangkala juga tidak
memberikan hasil yang nyata.
Ciri seksual sekunder
terdiri atas dua jenis yaitu yang tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan
reproduksi secara keseluruhan, dan merupakan alat tambahan pada pemijahan.
Bentuk tubuh ikan merupakan ciri seksual sekunder yang penting. Biasanya ikan
betina lebih buncit dibandingkan ikan jantan, terutama ketika ikan tersebut
telah matang atau mendekati saat pemijahan (spawning). Hal tersebut disebabkan
karena produk seksual yang dikandungnya relatif besar. Pada saat puncak
pemijahan, tampak pada banyak ikan jantan suatu benjolan yang timbul tepat
sebelum musim pemijahan dan menghilang sesaat setelah pemijahan. Contoh
kejadian seperti ini dapat dilihat pada ikan minnow (Osmerus). Ada juga ikan
yang memiliki sirip ekor bagian bawah yang memanjang pada ikan jantan
Xiphophorus helleri, sirip ekor yang membesar dijumpai pada ikan Catostomus
commersoni. Contoh yang sangat ekstrim dijumpai pada ikan anglerfish (Ceratias)
dimana ikan jantan jauh lebih kecil daripada ikan betinanya. Sebegitu kecilnya
sehingga ukurannya lebih kecil daripada ovarium ikan betina yang matang.
Ciri seksual sekunder
tambahan yang mencirikan ikan jantan pada beberapa spesies, dalam hal ini sirip
anal berkembang menjadi alat kopulasi (intromittent). Gonopodium terdapat pada
ikan Gambusia affinis, Lobistes reticulatus dan ikan-ikan famili Poeciliidae.
Pada ikan Xenodexia, modifikasi sirip dada digunakan dalam perkawinan untuk
memegang gonopodium pada kedudukannya sehingga memudahkan masuk ke dalam
oviduct betina. Pada Chimaera jantan berkembang suatu organ clasper di bagian atas
kepalanya yang dinamakan ovipositor yang berfungsi sebagai alat penyalur telur.
Bentuk seperti ini dijumpai pada ikan Rhodeus amarus dan Carreproctus betina.
Pewarnaan pada ikan sering
juga digunakan sebagai pengenal seksualitas. Umumnya ikan jantan mempunyai
warna yang lebih cemerlang daripada ikan betina. Pada ikan sunfish, Lepomis
humilis, jantannya mempunyai bintik jingga yang lebih terang dan lebih banyak
dibandingkan betinanya.
3.2 Perkembangan gamet jantan
Alat kelamin jantan
meliputi kelenjar kelamin dan saluran-salurannya. Kelenjar kelamin jantan
disebut testis. Pembungkus testikular yang mengelilingi testis, secara luas
menghubungkan jaringan-jaringan testis, membentuk batasan-batasan lobular yang
mengelilingi germinal epithelium. Spermatozoa dihasilkan dalam lobule yang
dikelilingi sel-sel sertoli yang mempunyai fungsi nutritif.
Saluran sperma terdiri
dari dua bagian. Bagian pertama berbatasan dengan testis, berguna untuk membuka
lobule (juxta-testicular part) dan bagian lainnya adalah saluran sederhana yang
menghubungkan bagian posterior testis ke genital papilla. Pada beberapa ikan,
misalnya ikan salmon, tidak memiliki kantung seminal, tetapi pada bagian luar
saluran sperma terdapat sel-sel yang berfungsi mengatur komposisi ion-ion
cairan seminal dan mensekresi hormon.
Perkembangan gamet jantan
dari spermatogonium menjadi spermatozoa melalui dua tahap, yaitu
spermatogenesis dan spermiogenesis. Spermatogenesis adalah tahap perkembangan
spermatogonium menjadi spermatid. Sedangkan spermiogenesis adalah metamorfosis
spermatid menjadi spermatozoa. Awal spermatogenesis ditandai dengan
berkembangbiaknya spermatogonia beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk
memasuki tahap spermatosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis, yang
dimulai dengan kromosom berpasangan, yang diikuti dengan duplikasi membentuk
tetraploid (4n). Satu spermatosit sekunder diploid membelah diri menjadi dua
spermatid haploid (n).
Proses spermiasi
berhubungan dengan pelepasan spermatozoa dari lumen lobulus masuk ke dalam
saluran sperma. Pelepasan ini mungkin disebabkan oleh kenaikan tekanan
hidrostatik ke dalam lobule untuk mengeluarkan cairan-cairan oleh sel-sel
sertoli di bawah rangsangan gonadotropin. Spermatozoa kemudian didorong ke
dalam sistem pengeluaran, di sini akan bercampur dengan cairan sperma.
Perangsangan perkembangan
sperma tidak terlepas dari peran serta hormon androgen, yaitu testosteron.
Sedangkan testosteron yang memegang peranan utama pada spermatogenesis dan
spermiasi adalah ketotestosteron. Ketotestosteron selanjutnya akan merangsang
sel-sel sertoli sehingga aktif menstimulasi pembelahan mitosis spermatogonia
dan menyempurnakan spermatogenesis.
3.3 Perkembangan gamet betina
Perkembangan gamet betina
atau disebut juga oogenesis terjadi di dalam ovarium. Oogenesis diawali dengan
perkembangbiakan oogonium beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk
memasuki tahap oosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis I,
membentuk oosit sekunder dan polar body I melalui proses meiosis II oosit sekunder
membelah menjadi oosit dan polar body II.
Oogenesis adalah proses
kompleks yang secara keseluruhan merupakan pengumpulan kuning telur. Secara
substansial, kuning telur terdiri atas tiga bentuk yaitu : kantung kuning telur
(yolk vesicle), butiran kuning telur (yolk globule) dan tetesan minyak (oil droplet).
Kantung kuning telur berisi glikoprotein dan pada perkembangan selanjutnya,
menjadi kortikal alveoli. Butir-butir kuning telur terdiri atas lipoprotein,
karbohidrat dan karoten. Oil droplet secara umum terdiri atas gliserol dan
sejumlah kecil kolesterol.
Perkembangan telur ikan
secara umum meliputi empat tahap, yaitu awal pertumbuhan, tahap pembentukan
kantung kuning telur, tahap vitelogenesis dan tahap pematangan. Pertumbuhan
awal adalah terjadinya pelepasan hormon gonadotropin yang dicirikan dengan
bertambahnya ukuran nukleus dan jumlah nukleolus. Sejumlah besar dari RNA
disimpan dalam sitoplasma sel telur sebagai bekal bagi embrio untuk
menghasilkan protein dari dirinya sebagai cadangan.
Tahap pembentukan kantung
telur dicirikan dengan terbentuknya kantung atau vesikel. Pada perkembangan
telur selanjutnya, kantung kuning telur ini akan membentuk kortikal alveoli
yang berisi butir-butir korteks. Tahap ini juga dicirikan dengan terbentuknya
zona radiata, perkembangan ekstraseluler dan bakal korion.
Vitelogenesis dicirikan
oleh bertambah banyaknya volume sitoplasma yang berasal dari luar sel, yaitu
kuning telur atau disebut juga vitelogenin. Vitelogenin ini disintesis oleh
hati dalam bentuk lipophosphoprotein-calcium kompleks dan hasil mobilisasi lipid
dari lemak visceral. Selanjutnya kuning telur dibawa oleh darah dan ditransfer
ke dalam sel telur secara endositosis.
Selama proses
vitelogenesis terjadi penambahan ketebalan pada zona radiata, sel-sel granulosa
dan theca. Sel-sel theca bertanggung jawab dalam sintesis 17
-hydroxyprogesterone dan testosteron yang oleh sel-sel granulosa diubah menjadi
17 , 20 -dihydroxy-4-pregnen-3-3-one (17,20-p dan estradiol-17 ). Sirkulasi
estradiol-17 mengatur pengembangan beberapa gen vitelogenin dalam hepatosit yang
selanjutnya menghasilkan protein vitelogenin.
Tahap akhir perkembangan
telur adalah tahap pematangan, yakni setiap tahap pergerakan germinal vesicle
ke tepi dan akhirnya melebur (germinal vesicle breakdown) yang selanjutnya
membentuk pronuklei dan polar body II.
Proses ovulasi terjadi
dengan cepat setelah telur mengalami pematangan dan mengakibatkan pecahnya
dinding folikel, pada waktu bersamaan sel-sel mikrofil yang menutupi lubang
mikrofil berpisah sehingga spermatozoa dapat menembus korion setelah telur
dikeluarkan (oviposition). Pecahnya dinding folikel ini diduga disebabkan oleh
pengaruh hormon prostaglandin. Prostaglandin mungkin merupakan mediator aksi
gonadotropin terhadap ovulasi atau pecahnya dinding folikel.
Saat pertama ikan
mempunyai kemampuan bereproduksi (kematangan seksual) dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Terdapat perbedaan kematangan seksual antara masing-masing spesies pada
umur dan ukuran yang berbeda. Secara umum ikan-ikan mempunyai ukuran maksimum
kecil dan jangka hidup pendek, akan mencapai kedewasaannya pada umur yang lebih
muda daripada ikan yang mempunyai ukuran maksimum lebih besar. Ikan Lebistes
dan Gambusia affinis mencapai kematangan seksual pada umur kurang dari satu
tahun pada panjang kurang dari 2,5 cm. Banyak ikan yang mencapai kedewasaan
pada umur satu tahun. Tetapi banyak pula spesies ikan yang mencapai kematangan
seksual pertama kali pada umur dua sampai lima tahun, dengan panjang 3 sampai
12 inci bahkan lebih. Yang termasuk kelompok ikan ini adalah ikan trout (Salmo),
blackbass (Micropterus) dan sunfishes (Lepomis). Sementara ikan sidat (Anguilla) mencapai kematangan seksual pada umur 10-13
tahun dengan panjang lebih dari 60-100 cm. Ikan sturgeons baru mencapai
kematangan pada umur 15 tahun atau lebih dengan panjang satu meter.
Bilamana ikan sudah dewasa
secara seksual, produk seksual akan matang dan kegiatan reproduksi akan
berlangsung. Banyak faktor yang mempengaruhi peristiwa ini, yang secara garis
besarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu yang timbul dalam diri ikan
itu sendiri (faktor internal) dan yang berasal dari lingkungannya (faktor
eksternal). yang termasuk faktor internal antara lain jenis ikan dan
hereditasnya, makanan dan faktor fisiologiknya.
3.4 Pemijahan
Pada pemijahan ikan-ikan
yang biseksual, persatuan sel telur dengan sperma bisa terjadi dengan dua cara.
Cara pertama yaitu sel telur bersatu dengan sperma di luar tubuh induk
(fertilisasi eksternal). fertilisasi eksternal ini dilakukan misalnya oleh
ikan-ikan yang termasuk famili Cyprinidae, Anabantidae, dan Siluridae. Cara
yang kedua yaitu sel telur bersatu dengan sperma di dalam tubuh induk
(Fertilisasi internal). Cara ini dijumpai pada ikan-ikan subklas Elasmobranchii
dan juga sebagian kecil golongan teleostei (misalnya Anablepidae dan Poeciliidae).
Untuk fertilisasi internal, beberapa alat digunakan oleh ikan pada waktu
melakukan kopulasi seperti gonopodium, myxopterygium dan tenaculum.
Jumlah telur yang
dihasilkan oleh induk betina (fekunditas) umumnya jauh lebih banyak pada
ikan-ikan yang melakukan fertilisasi eksternal dibandingkan dengan ikan-ikan
yang melakukan fertilisasi internal. Hal ini merupakan adaptasi terhadap
kecilnya peluang bertemunya sel telur dan sperma di luar tubuh.
Berdasarkan tempat embrio
berkembang, terdapat tiga golongan ikan yaitu ovipar, vivipar dan ovovivipar.
Golongan ovipar adalah golongan ikan yang mengeluarkan telur pada waktu
pemijahan, sedangkan golongan vivipar dan ovovivipar adalah ikan-ikan yang
melahirkan anak-anaknya. Pada golongan ovovivipar, sel telur cukup banyak
mempunyai kuning telur untuk memenuhi kebutuhan anak ikan dan induk ikan bisa
dikatakan hanya menyediakan tempat perlindungan. Pada golongan vivipar,
kandungan telur sangat sedikit dan perkembangan embrio ditentukan oleh
hubungannya dengan plasenta pada tahap awal untuk mencukupi kebutuhan
makanannya. Anak ikan yang dilahirkan oleh golongan ikan vivipar, sudah hampir
menyerupai induk dewasa.
3.5 Pembuahan (fertilisasi)
Pembuahan adalah
bersatunya oosit (telur) dengan sperma membentuk zigot. Pada proses pembuahan ini terjadi percampuran inti sel telur dan inti
sperma. Kedua inti ini masing-masing mengandung gen (pembawa sifat keturunan)
sebanyak satu sel (haploid).
Hanya satu sperma yang
dibutuhkan untuk membuahi satu sel telur (monosperm). Meskipun berjuta-juta
spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel pada sel telur tetapi
hanya satu yang dapat melewati mikrofil, satu-satunya lubang masuk spermatozoa
pada sel telur. Kepala spermatozoa menerobos mikrofil dan bersatu dengan inti
sel telur, sedangkan ekornya tertinggal pada saluran mikrofil tersebut dan
berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah spermatozoa yang lain masuk.
Cara lain yang digunakan
sel telur mencegah sperma lain masuk adalah terjadinya reaksi kortikal mikrofil
menjadi lebih sempit dan spermatozoa yang bertumpuk pada saluran mikrofil
terdorong keluar. Reaksi korteks juga berfungsi membersihkan korion dari
spermatozoa yang melekat karena akan mengganggu proses pernafasan zigot yang
sedang berkembang.
Ada beberapa hal yang
mendukung berlangsungnya pembuahan yaitu spermatozoa yang tadinya tidak
bergerak dalam cairan plasmanya, akan bergerak setelah bersentuhan dengan air
dan dengan bantuan ekornya, bergerak ke arah telur. Selain itu, telur
mengeluarkan zat gimnogamon yang berperan menarik spermatozoa ke arahnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari pembahasan
makalah ini dapat di simpulkan bahwa:
1.
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya
untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya.
2.
Perkembangan gamet jantan dan betina diawali dengan pembelahan mitosis kemudian
pembelhana miosis untuk membentuk gamet yang haploid.
3.
Spermatozoa bersifat immotile dalam cairan plasmanya, dan akan bergerak apabila
bercampur dengan air.
4.2 Saran
Untuk
menjaga ekosistem perairan, maka diharapkan bagi masyarakat agar dapat menjaga
kondisi lingkungan dengan baik. Terutama menjaga kualitas air budidaya di
tambak sebaik mungkin dan menghindari penggunaan bahan – bahan kimia beracun
yang dapat merusak kualitas air.
MAKALAH PERKEMBANGAN REPRODUKSI IKAN
Reviewed by Screamer
on
04:17
Rating:
No comments: