MAKALAH TENTANG WADUK CIRATA JAWA BARAT

MAKALAH TENTANG WADUK CIRATA JAWA BARAT



BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Danau/waduk merupakan komponen yang sangat penting dalam keseimbangan sistem tanah, air, udara dan sumberdaya alam lainnya. Dari sudut ekologi misalnya, waduk dan danau merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur air, kehidupan akuatik dan daratan yang dipengaruhi tinggi rendahnya muka air.
Selain itu, kehadiran waduk dan danau juga akan mempengaruhi iklim mikro dan keseimbangan ekosistem di sekitarnya. Sedangkan ditinjau dari sudut keseimbangan tata air, waduk dan danau berperan sebagai reservoir yang dapat dimanfaatkan airnya untuk keperluan sistem irigasi dan perikanan, sebagai sumber air baku, sebagai tangkapan air untuk pengendalian banjir, serta penyuplai air tanah.
Waduk Jatiluhur (Ir. H. Djuanda) merupakan waduk yang dibangun di daerah aliran sungai (DAS) Citarum dengan tujuan utama sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan penyediaan air minum. Waduk yang terletak di Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat, memiliki luas 8.300 Ha dengan kapasitas waduk mencapai kurang lebih 3 milyar m3 dan duga muka air maksimum mencapai 107 meter di atas permukaan laut. 
Waduk ini juga berfungsi sebagai lahan untuk perikanan tangkap dan budidaya ikan. Pola penangkapan ikan di Waduk Jatiluhur adalah dengan menggunakan jaring insang, jala, anco dan pancing dengan hasil tangkapan rata-rata sebesar 118.875 kg per tahun atau sebesar 1.359,439 ton per tahun. Pola budidaya ikan di waduk ini dilakukan dengan menggunakan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) berukuran 7x7 meter. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah jenis ikan mas, nila dan patin. Produksi ikan dari kegiatan budidaya dari tahun 2004-2007 mengalami kenaikan yang signifikan yaitu dari 7.048,36 ton menjadi 33.314 ton (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta, 2004-2007).
Pengelolaan perikanan sumberdaya perairan Waduk Jatiluhur sampai saat ini masih berorientasi kepada peningkatan produksi dan mengabaikan kondisi lingkungan perairan. Peningkatan jumlah unit KJA yang kurang terkendali telah menimbulkan berbagai masalah yang berdampak negatif, baik secara ekonomi maupun terhadap lingkungan perairan terhadap perikanan tangkap perairan waduk. Limbah organik yang tidak terurai dengan sempurna akibat ketidakefisienan pakan yang diberikan berdampak menumpuknya limbah tersebut di dasar perairan. Hal ini juga memicu serta memacu terjadinya eutrofikasi yang menyebabkan blooming alga diikuti dengan munculnya gas-gas yang dapat membunuh organisme lain.
Dalam keadaan demikian maka secara fisik waduk tersebut tidak akan jauh berbeda dengan comberan raksasa, di waktu mendapatkan sinar matahari berwarna hijau pekat dan berwarna hitam kecoklat-coklatan di saat tidak mendapatkan sinar matahari. Dampak tersebut tentu saja merugikan petani dan nelayan ikan, disamping berdampak juga terhadap pariwisata dan sumber air untuk konsumsi yang mengancam keseimbangan ekosistem waduk dan kelestarian sumberdaya perikanan serta keberlanjutan usaha perikanan (tangkap dan budidaya KJA) di perairan tersebut Jika tidak ada penanganan akan laju kerusakan ini, maka akan mengganggu aktivitas ekonomi masyarakat perikanan di perairan waduk tersebut.
Berbagai riset telah dilakukan oleh BRKP, perguruan tinggi dan institusi riset lainnya juga menunjukkan adanya penurunan kondisi lingkungan dan ekosistem perairan waduk Jatiluhur.  Data Riset PANELKANAS dari BBRSEKP mengindikasikan adanya kecenderungan penurunan pendapatan, skala usaha dan kesejahteraan nelayan tangkap di perairan tersebut.  Hasil-hasil yang menyangkut kondisi biofisik perairan waduk Jatiluhur juga menunjukkan adanya penurunan kualitas lingkungan dan penurunan stok ikan di waduk Jatiluhur.
Untuk itu diperlukan upaya keberlanjutan perikanan sebagai upaya untuk melindungi sumberdaya perikanan dari kepunahan serta tetap memberikan keuntungan ekonomi bagi komunitas perikanan. Dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang timbul dan formulasi pengelolaan sumberdaya perikanan dimasa mendatang untuk menciptakan keseimbangan ekosistem perairan waduk, BBRSEKP memandang perlu melakukan Lokakarya Pengelolaan Waduk Jatiluhur untuk Menunjang Usaha Perikanan yang Berkelanjutan dan Lestari.  Kegiatan ini merupakan forum untuk mempertemukan pelaku riset, pembuat kebijakan dan pelaku usaha Jatiluhur bertukar pikiran dan mencari solusi untuk kelestarian waduk dan keberlanjutan usaha. Dalam lokakarya ini akan ditampilkan beberapa makalah dari narasumber yang berkompeten serta diskusi untuk merumuskan pola pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. [1]

1.2 Tujuan Penulisan
·         Untuk mengetahui cara mengelola sumber daya perairan agar bisa berkelanjutan
·         Untuk mengetahui langkah bila terjadi kematian ikan pada kawasan waduk jatiluhur
·         Bermanfaat bagi mahasiswa ataupun dosen yang membaca tulisan ini

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Waduk Jati Luhur
            Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat (±9 km dari pusat Kota Purwakarta).Bendungan Jatiluhur adalah bendungan terbesar di Indonesia. Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3 / tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.
Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, dikelola oleh Perum Jasa Tirta II.
Selain dari itu Waduk Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun), air baku air minum, budi daya perikanan dan pengendali banjir yang dikelola oleh Perum Jasa Trita II. Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta Bendungan Waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta
Bendungan Waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta Selain berfungsi sebagai PLTA dengan sistem limpasan terbesar di dunia, kawasan Jatiluhur memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperi hotel dan bungalow, bar dan restaurant, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang dengan water slide, ruang pertemuan, sarana rekreasi dan olahraga air, playground dan fasilitas lainnya. Sarana olahraga dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air, boating dan lainnya.
Bendungan Jatiluhur berjarak kurang lebih 100 km arah Tenggara Jakarta, yang dapat dicapai melalui jalan tol Jakarta Cikampek dan jalan tol Cipularang (ruas Cikampek – Jatiluhur), dan 60 km arah Barat Laut Bandung, yang dapat dicapai melalui jalan tol Cipularang (ruas bandung – Jatiluhur). Dari Kota Purwakarta sekitar 7 km arah barat. Berdasarkan koordinat geografis, posisi Tubuh Bendungan Jatiluhur berada pada 6o31’ Lintang Selatan dan 107o23’ Bujur Timur. Kotak merah pada gambar kiri menunjukkan posisi Bendungan Jatiluhur pada peta.
Bendungan Jatiluhur merupakan bendungan terbesar di Indonesia, membendung aliran Sungai Citarum di Kecamatan Jatiluhur – Kabupaten Purwakarta – Provinsi Jawa Barat, membentuk waduk dengan genangan seluas ± 83 km2 dan keliling waduk 150 km pada elevasi muka air normal +107 m di atas permukaan laut . Luas daerah tangkapan Bendungan Jatiluhur adalah 4.500 km2. Sedangkan luas daerah tangkapan yang langsung ke waduk setelah dibangun Bendungan Saguling dan Cirata di hulunya menjadi tinggal 380 km2, yang merupakan 8% dari keseluruhan daerah tangkapan. Daerah tangkapan (upper Citarum) meliputi wilayah Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta. Pada Awalnya dirancang memiliki kapasitas tampungan 3 milyar m3, namun saat ini tinggal 2,44 milyar m3 (hasil pengukuran batimetri tahun 2000) akibat sedimentasi. Namun demikian setelah dibangun Bendungan Saguling dan Cirata di atasnya, laju sedimentasi semakin menurun. Bendungan Jatiluhur merupakan bendungan multiguna, dengan fungsi sebagai pembangkit listrik dengan kapasitas terpasang 187,5 MW, pengendalian banjir di Kabupaten Karawang dan Bekasi, irigasi untuk 242.000 ha, pasok air untuk rumah tangga, industri dan penggelontoran kota, pasok air untuk budidaya perikanan air payau sepanjang pantai utara Jawa Barat seluas 20.000 ha, dan pariwisata. Bendungan ini mulai dibangun pada tahun 1957 ditandai dengan  peletakkan batu pertama pembangunan oleh Presiden RI pertama Ir. Soekarno. Tanggal 19 September 1965 merupakan kunjungan terakhir Ir. Soekarno ke Bendungan Jatiluhur
2.1.1  Latar Belakang Bendungan Waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta
• Peletakan batu pertama pembangunan oleh Presiden Soekarno.
• Mulai dibangun tahun 1957 dan selesai tahun 1967, berdasarkan pada tulisan Prof. Dr.  Ir. W.J Blommestein (1948), kemudian dikaji ulang oleh Ir. Van Schravendijk dan Ir. Abdoelah Angudi.
• Perencanaan dan Pengawasan oleh Coyne et Bellier, Perancis, Pelaksanaan oleh  Compagnie Francaise d’Enterprise, Paris – Perancis.
• Diresmikan 26 Agustus 1967 oleh Presiden Soeharto.
2.1.2  Manfaat Bendungan Waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta
• Penyediaan air untuk irigasi seluas 242.000 ha.
• Menyediakan air baku DKI.
• Pembangkitan listrik kapasitas 187,5 MW.
• Pengendalian banjir di Karawang dan sekitarnya.
• Perikanan darat.
• Pengembangan pariwisata dan olahraga air.[2]

2.2 Pengoperasian Waduk Jatiluhur
Waduk dengan panorama danau yang memiliki luas 8.300 ha ini memiliki fungsi yang multiguna, ditinjau dari segi infrastruktur dan pariwisata. Apabila dilihat dari segi infrastruktur, Waduk Jatiluhur difungsikan sebagai pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas terpasang 187,5 MW., dengan produksi tenaga listrik 1000 juta kwh per tahun.
Produksi listrik pertama dimulai pada tahun 1965. Aliran listrik pertama disalurkan ke Bandung melalui saluran udara tegangan tinggi 150 kV milik PLN. Pada tahun 1966 dilakukan penyaluran ke Jakarta. Antara tahun 1979-1981 PLTA unit VI dipasang oleh PT. PLN Pikitdro Jabar dengan kapasitas 32 MW.
Selain menjadi pusat PLTA, Waduk jatiluhur juga menjadi penyedia air irigasi untuk 242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun). Pusat pengendali banjir di daerah Kabupaten Karawang dan Bekasi. Pemasok air rumah tangga, industri, dan penggelontoran kota. Juga menjadi pusat pasok air untuk budidaya perikanan air payau sepanjang pantai utara Jawa Barat seluas 20.000 ha.
Pariwisata di Waduk Jatiluhur
Kawasan Waduk Jatiluhur memiliki banyak fasilitas untuk rekreasi yang memadai. Hotel dan bungalow dilengkapi dengan bar, lapangan tenis, bilyard, area perkemahan, kolam renang dengan water slide, ruang pertemuan, playground, dan fasilitas lainnya. Cocok untuk acara kumpul keluarga besar atau acara kantor.
Sarana rekreasi tersebut dilengkapi juga dengan fasilitas olahraga air, seperti mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air, boating, dan sebagainya. Di perairan Danau Jatiluhur ini juga terdapat budi daya ikan keramba jaring apung, yang menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang atau dalam keheningan malam kita dapat memancing penuh ketenangan sambil menikmati ikan bakar.
Cobalah melewatkan senja di area Waduk Jatiluhur. Menikmati sunset dengan panorama danau, sungguh menimbulkan sensasi tersendiri. Warna langit yang sudah berubah kemerah-merahan, sinar matahari yang membias dari balik bebukitan dan jatuh di atas permukaan danau yang tenang, sungguh pemandangan yang menimbulkan kesan mendalam dan tak terlupakan.

2.3 Pencemaran di Waduk Jatiluhur
Kelestarian Waduk Jatiluhur belum bisa terjaga dengan baik. Terbukti dari banyaknya keramba jaring apung yang ada di sekitar waduk. Kemudian, banyaknya rumah jaga kolam yang salah difungsikan. Rumah jaga kolam yang diperuntukan untuk gudang penyimpanan pakan, sekarang beralih fungsi menjadi rumah hunian bagi penjaga kolam. Dari bentuknya, rumah jaga tersebut ukurannya sama dengan rumah bertipe sederhana, dengan dua kamar tidur, dapur, dan kamar mandi.
Disinyalir banyak penjaga kolam yang membawa keluarga tinggal di rumah jaga tersebut. Dipastikan para penduduk gelap tersebut membuang limbah rumah tangganya ke waduk tersebut, termasuk kotoran dan air kencing. Padahal, sehari-hari pun mereka menggunakan air waduk untuk keperluan mereka, seperti mandi, memasak, mencuci baju, dan sebagainya.
Sayangnya masalah ini belum mendapat perhatian khusus dari pihak yang terkait pada usaha pelestarian lingkungan Waduk Jatiluhur. Bayangkan saja, saat ini jumlah kolam jaring apung yang ada di sekitar waduk Jatiluhur kira-kira mencapai 20.000 unit.
Jika ada 5.000 unit rumah jaga, berarti dampaknya sangat luar biasa. Karena, dalam satu kompleks biasanya menggunakan dua atau tiga penjaga. Semakin banyak warga yang tinggal di atas kolam, semakin bertambah juga tingkat pencemarannya.
Namun masalah rumah jaga tersebut bukanlah satu-satunya penyebab pencemaran air di waduk Jatiluhur. Pasalnya, air dari hulu Citarum saja sudah tercemar. Jadi, ketika air itu masuk ke Waduk Jatiluhur maka kadar kebersihan airnya sudah turun. Apalagi, sekarang ditambah dengan limbah pakan ikan dan limbah rumah tangga penjaga kolam. Jelas, pencemaran ini semakin memprihatinkan.
Pencemaran ini tentu saja berdampak negatif bagi wilayah hilir. Wilayah tersebut di antaranya Karawang, Bekasi, dan sebagian Jakarta. Rata-rata air baku yang digunakan di ketiga wilayah tersebut berasal dari waduk Jatiluhur.
Selain berdampak negatif pada pasokan air baku untuk konsumsi manusia, pencemaran tersebut disinyalir berdampak pua pada penurunan populasi sejumlah spesies ikan yang hidup di Sungai Citarum, salah satu di antaranya jenis beludra yang terancam punah.
Perum Jasa Tirta II Jatiluhur berusaha meminimalisasi penurunan itu dengan menebar 500.000 benur ikan dari berbagai jenis, seperti ikan nila, ikan mas, dan nilem. Dari benur yang ditebar 20% di antaranya jenis beludra.[3]


BAB III
PEMBAHASAN
3.1  Cara Mengelola Sumberdaya Air Yang Sudah Tercemar Di Kawasan Waduk  Jatiluhur
Semua kalangan dari masyarakat pasti menyukai air di daerahnya senantiasa dalam kondisi yang bersih bebas dari polutan. Namun kenyataannya keinginan tersebut tidak diikuti dengan kesadaran yang baik akan upaya membangun lingkungan sehat terutama dalam masalah pencemaran air.
Pencemaran air memang banyak dipengaruhi oleh limbah rumah tangga dan industri. Mengarahkan dan membimbing masyarakat untuk menjaga kesehatan air di lingkungan mereka memerlukan usaha yang serius dari pemerintah yang terlibat.
Seminar, kampanye serta sosialisasi tentang cara penanggulangan pencemaran air semestinya dilakukan oleh pemerintah, khususnya yang berada pada daerah yang terindikasi airnya buruk. Di samping itu perlu diadakan sebuah peraturan daerah yang membatasi pencemaran yang dilakukan oleh industri dan perkantoran swasta.

Banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai cara penanggulangan pencemaran air antara lain:
1.      Menjaga kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau mengeksploitasi sumber mata air agar tidak tercemar.
2.      Tidak membuang sampah ke sungai. Hal ini dapat dikarenakan tidak adanya fasilitas pembuangan sampah yang layak dan mencukupi terutama di kota-kota besar. Sering kali kita melihat penumpukan samaph di daerah-daerah yang bukan merupakan tempat pembuangan sampah.
3.      Menciptakan tempat pembuangan sampah yang cukup dan memadai. Hal ini mutlak dilakukan agar sistem pembuangan sampah dapat berjalan dengan lancar dan baik. Sampah menjadi kontribusi tertinggi dalam pencemaran air. Jika masalah sampah dapat segera teratasi maka masalah pencemaran ini pun juga akan teratasi dengan cepat.
4.      Mengurangi intensitas limbah rumah tangga.
5.       Melakukan penyaringan limbah pabrik sehingga limbah yang nantinya bersatu dengan air sungai bukanlah limbah jahat perusak ekosistem. Hal ini telah diregulasi oleh pemerintah. Ini menunjukkan komitemen pemerintah dalam mengatasi masalah pencemaran ini. Namun komitmen seluruh perusahaan penyumbang limbah ini juga sangat dibutuhkan agar semua pihak dapat turut menjaga kelestarian lingkungan yang ada.
6.      Pembuatan sanitasi yang benar dan bersih agar sumber-sumber air bersih lainnya tidak tercemar.
7.      Cara penanggulangan pencemaran air lainnya adalah melakukan penanaman pohon. Pohon selain bisa mencegah longsor, diakui mampu menyerap air dalam jumlah banyak. Itu sebabnya banyak bencana banjir akibat penebangan pohon secara massal.

Dalam menyikapi permasalahan pencemaran air ini, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat, menetapkan beberapa cara penanggulangan pencemaran air yang bisa diterapkan oleh kita. Beberapa cara penanggulangan pencemaran air tersebut di antaranya sebagai berikut.

3.1.1 Program Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan
1.      Mengurangi beban pencemaran badan air oleh industri dan domestic
2.       Mengurangi beban emisi dari kendaraan bermotor dan industri.
3.      Mengawasi pemanfaatan B3 dan pembuangan limbah B3.
4.      Mengembangkan produksi yang lebih bersih (cleaner production) dan EPCM (Environmental Pollution Control Manager).
3.1.2  Program Rehabilitasi dan Konservasi SDA dan Lingkungan Hidup
1.      Mengoptimalkan pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis.
2.      Menanggulangi kerusakan lahan bekas pertambangan, TPA, dan bencana.
3.       Meningkatkan konservasi air bawah tanah.
4.       Rehabilitasi dan konservasi keanekaragaman hayati.
5.      Mendidik Keluarga Tentang Cara Penanggulangan Pencemaran Air. [4]
3.1 Bagaimana Langkah Untuk Mencegah Kematian Ikan Secara Masal Di Waduk Jatiluhur
Langkah jangka pendek adalah dengan melakukan pembersihan lingkungan dari ikan mati (mengubur) dan karamba yang rusak oleh masyarakat yang di pimpin oleh pihak POJ Jatiluhur serta melakukan penebaran ikan plankton feeder seperti Bandeng, Mola, Nilem, dan Tambakan oleh Ditjen PB (BBPBAT Sukabumi dan BLUPPB Karawang), POJ Jatiluhur, Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat dan Kelompok Nelayan. Untuk Bandeng rencana akan ditebar sebanyak 600 ribu ekor dan 1,5 juta ekor untuk Mola, Nilem, dan Tambakan. “Dengan penebaran tersebut diharapkan dapat mengendalikan blooming plankton dan dapat memperbaiki kualitas air,” kata Slamet
Sedangkan jangka panjang adalah dengan cara mengatur pola tanam dimana pada bulan Desember - Februari untuk tidak melakukan penebaran ikan di KJA, mengupayakan penggunaan pakan yang ramah lingkungan seperti pakan dengan FCR yang rendah dan bisa juga pakan dengan kandungan posfat yang rendah, menertibkan KJA yang telah ada agar sesuai dengan zonasi yang telah disiapkan dan sesuai dengan daya dukung yang ada serta melakukan koordinasi dengan Pemda dan instansi terkait untuk menyusun atau menyempurnakan regulasi yang ada dalam pengelolaan perairan umum termasuk daya dukung perairan Waduk Jatiluhur.[5]


BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Danau/waduk merupakan komponen yang sangat penting dalam keseimbangan sistem tanah, air, udara dan sumberdaya alam lainnya. Dari sudut ekologi misalnya, waduk dan danau merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur air, kehidupan akuatik dan daratan yang dipengaruhi tinggi rendahnya muka air.
Selain itu, kehadiran waduk dan danau juga akan mempengaruhi iklim mikro dan keseimbangan ekosistem di sekitarnya. Sedangkan ditinjau dari sudut keseimbangan tata air, waduk dan danau berperan sebagai reservoir yang dapat dimanfaatkan airnya untuk keperluan sistem irigasi dan perikanan, sebagai sumber air baku, sebagai tangkapan air untuk pengendalian banjir, serta penyuplai air tanah.
Jadi Kesimpulan penulisan ini bagaimana cara pengelolaan sumberdaya air agar selalu berkelanjutan untuk generasi yang akan dating secara terus menerus .



DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Waduk_Jatiluhur



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Waduk_Jatiluhur
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Waduk_Jatiluhur
  http://jatiluhurdam.wordpress.com/2011/04/26/sejarah-bendungan-jatiluhur/
  http://jatiluhurdam.wordpress.com/about/sekilas-tentang-bendungan-jatiluhur/

[3] http://www.anneahira.com/waduk-jatiluhur.htm
[4] http://www.anneahira.com/cara-penanggulangan-pencemaran-air.htm
[5] http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=829
MAKALAH TENTANG WADUK CIRATA JAWA BARAT MAKALAH TENTANG WADUK CIRATA JAWA BARAT Reviewed by Screamer on 03:53 Rating: 5

2 comments:

a