Laporan Budidaya Akuakultur Di empat Kawasan Budidaya Sukabumi
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan merupakan hewan yang hidup di air yang menjadi salah satu dari
sekian banyak bahan makanan yang dibutuhkan manusia, ikan sangat bermanfaat
bagi manusia sebab didalamnya terdapat bermacam zat – zat yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia seperti : protein, vitamin A, Vitamin B1 dan Vitamin B2 selain
itu apabila dibandingkan dengan sumber penghasil protein lain seperti daging,
susu, dan telur harga ikan relative paling murah.
Mengingat pentingnya ikan bagi manusia, tak
heran bila manusia berusaha mendapatkan ikan dalam jumlah yang
mencukupi, antara lain dengan
mengusahakan melakukan pencarian disumbernya yakni laut dan adapula yang memiliharanya dengan sebaik – baiknya yang
lazim disebut dengan usaha perikanan, pemeliharaan ikan ada yang dilakukan
langsung di laut dan adapula sebagian pemeliharaanya dilakukan di kolam – kolam
yang sengaja dibuat oleh pengusaha,
Ikan yang pemeliharaannya di kolam – kolam biasanya adalah ikan air
tawar yang pemeliaharaannya secara keseluruhan dilakukan di dalam kolam – kolam
yang telah disediakan oleh para pengusaha perikanan air tawar ini.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan masalah yang terjadi kepada para petani budidaya ikan
mas :
1.
Apakah budidaya
ikan mas lebih baik tradisional atau dengan modern?
2.
Bagaimana
proses pemeliharaan ikan mas ?
3.
Apa perbedaan
pemeliharaan ikan mas dengan teknik ilmiah/literatur dan tradisional
4.
Manakah yang
lebih menguntungkan antara pemeliharaan dengan melihat literature atau
tradisional ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari praktikum diadakan penelitian ini adalah :
1.
Diajukan untuk
melengkapi salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester dasar-dasar
budidaya perikanan
2.
Untuk mengkaji
dan menganalisa bagaimana proses pemeliharaan ikan mas yang bisa menguntungkan
3.
Sebagai sarana peningkatan
wawasan dan juga ilmu bagi penulis sendiri khususnya tentang pemeliharaan dan
pengelolaan budidaya ikan mas
1.4 Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat praktikum lapang yang ingin dicapai dalam pembuatan
karya tulis ini adalah :
1.
Dengan adanya praktikum
ini diharapkan untuk meningkatkan keberanian dan juga mentalitas penulis
sebagai bekal dalam menghadapi masa depan
yang penuh persaingan dan akan hanya sanggup terpecahkan dengan ilmu
pengetahuan .
2.
Penelitian ini
diharapkan mampu memberikan penjelasan bagaimana proses para petani dalam
melakukan budidaya ikan mas.
3.
Dapat
bermanfaat sebagai bahan referensi dalam penelitian ataupun penulisan karya
ilmiah kedepannya, sehingga membawa manfaat bagi para pembaca dan bagi adik -
adik kelas selanjutnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Budidaya Akuakultur
Budidaya perairan
(akuakultur) merupakan bentuk pemeliharaan dan penangkaran berbagai macam hewan
atau tumbuhan perairan yang menggunakan air sebagai komponen pokoknya. Kegiatan-kegiatan
yang umum termasuk di dalamnya adalah budidaya ikan, budidaya udang, budidaya
tiram, serat budidaya rumput laut (alga). Dengan batasan di atas, sebenarnya
cakupan budidaya perairan sangat luas namun penguasaan teknologi membatasi
komoditi tertentu yang dapat diterapkan.
2.2 Sejarah Singkat
Ikan mas merupakan
jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak.
Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia
ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di
Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan
Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia.
Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi
berdasarkan karakteristik morfologisnya.
2.3 Sentra Perikanan
Budidaya ikan mas
telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk, sungai air deras,
bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan umum. Adapun sentra
produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung,
Cianjur, Purwakarta
2.4 Jenis
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai
berikut:
Kelas : Osteichthyes
Anak kelas : Actinopterygii
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio L.
Saat ini ikan mas
mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan ciri dari ras disebabkan
oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan kolam, musim dan cara
pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan
warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas adalah sebagai
berikut:
Ikan mas punten:
sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek; bagian punggung
tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit; perbandingan antara
panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.
Ikan mas majalaya:
sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap; punggung
tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban, bila diberi makanan suka
berenang di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara
3,2:1.
Ikan mas si nyonya:
sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; mata pada ikan muda tidak
menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit; gerakannya lamban, lebih suka
berada di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara
3,6:1.
Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau
kekuning-kuningan; badan relatif panjang; penampang punggung membulat; mata
agak menonjol; gerakan lebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan
tinggi badan antara 3,5:1.
Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan
bersisisk penuh; warna sisik bermacam-macam seperti putih, kuning, merah
menyala, atau kombinasi dari warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long
tail Indonesian carp, long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long
tail shusui nishikigoi, shusi nishikigoi, kohaku hishikigoi, lonh tail
hishikigoi, taishusanshoku nshikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi.
Dari sekian banyak strain ikan mas, di Jawa Barat ikan mas punten kurang berkembang
karena diduga orang Jawa Barat lebih menyukai ikan mas yang berbadan relatif
panjang. Ikan mas majalaya termasuk jenis unggul yang banyak dibudidayakan.
2.5 Persyaratan Lokasi Untuk Budidaya
Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan
adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat
menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat
pematang/dinding kolam.
Kemiringan tanah yang baik untuk
pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara
gravitasi.
Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi
pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m dpl.
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas
harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun,
dan minyak/limbah pabrik.
Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam,
sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang
mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air
untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam
air deras debitnya 100 liter/menit/m³.
Keasaman air (pH) yang
baik adalah antara 7-8.
Suhu air yang baik
berkisar antara 20-25°C.
2.6 Pedoman Teknis Budidaya
2.6.1 Penyiapan Sarana dan Peralatan
a. Kolam
Lokasi kolam dicari
yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang
landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara
gravitasi.
b.Kolam pemeliharaan
induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan
intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam
seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak.
Sedangkan bila
diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg
induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya
persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi
anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang
sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
c. Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah
atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang
dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa
untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m² dengan
18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk
menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon
dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau
pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan
dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan
diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
d. Kolam
pendederan
Bentuk kolam
pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya
ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m 2 dan
pendederan lanjutan 500-1000 m 2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon
dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan
kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi
kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk
memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan.
Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu
dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
e. Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam
usaha pembenihan ikan mas diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak
dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember,
baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg), cangkul,
arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan mas antara
lain adalah warring / scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100
cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung,
keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk
tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk
penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih,
ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih),
sirib (untuk menangkap beni nh ukuran 10
cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk
menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur
satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar),
jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
f. Persiapan Media
Yang
dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan
ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media
pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa
hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar
sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu
urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga
ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15
gram dan 10 gram/meter persegi.
2.6.2 Pembibitan
a. Pemilihan Bibit
dan Induk
Usaha pembenihan ikan
mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara tradisional, semi
intensif dan secara intensif. Dengan semakin meningkatnya teknologi budidaya
ikan, khususnya teknologi pembenihan maka telah dilaksanakan penggunaan
induk-induk yang berkualitas baik. Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi
banyak bergantung pada kondisi alam namun manusia telah banyak menemukan
kemajuan diantaranya pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat
pembuahan telur dengan teknik pembunuhan buatan, penetasan telur secara
terkontrol, pengendalian kuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan
alami dan pemurnian kualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu
dilakukan penyeleksian terhadap induk ikan mas.
Adapun ciri-ciri
induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang untuk dipijah adalah
sebagai berikut:
a.
Betina: umur
antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan: umur minimum 8
bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor.
b.
Bentuk tubuh
secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip
tidak cacat.
c.
Tutup insan
normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih; panjang kepala
minimal 1/3 dari panjang badan; lensa mata tampak jernih.
d.
Sisik tersusun
rapih, cerah tidak kusam.
e.
Pangkal ekor
kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih panjang dibandingkan
lebar/tebal ekor.
Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina
adalah sebagai berikut:
a.Betina
a.
Badan bagian
perut besar, buncit dan lembek.
b.
Gerakan lambat,
pada malam hari biasanya loncat-loncat.
c.
Jika perut
distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.
b. Jantan
a.
Badan tampak
langsing.
b.
Gerakan lincah
dan gesit.
c.
Jika perut
distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
2.6.3 Sistim
Pembenihan/Pemijahan
Saat ini dikenal dua macam sistim pemijahan pada budidaya ikan mas,
yaitu
1.
Sistim
pemijahan tradisional
Dikenal beberapa cara melakukan pemijahan secara tradisional,
yaitu:
a.
Cara sunda:
·
luas kolam
pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan
lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari
·
disediakan
injuk untuk menepelkan telur
·
setelah proses
pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam penetasan
b.
Cara cimindi:
·
luas kolam
pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan
lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan
merupakan kolam penetasan;
·
disediakan
injuk untuk menepelkan telur, ijuk dijepit bambu dan diletakkan dipojok kolam
dan dibatasi pematang antara dari tanah;
·
setelah proses
pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain;
·
tujuh hari
setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudian sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat
dipanen benih-benih ikan.
c.
Cara rancapaku:
·
luas kolam
pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan
lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan
merupakan kolam penetasan, batas pematang antara terbuat dari batu
·
disediakan
rumput kering untuk menepelkan telur, rumput disebar merata di seluruh
permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah;
·
setelah proses
pemijahan selesai induk tetap di kolam pemijahan.;
·
setelah benih
ikan kuat maka akan berpindah tempat melalui sela bebatuan, setelah 3 minggu
maka benih dapat dipanen.
d.
Cara sumatera:
·
luas kolam
pemijahan 5 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan
lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan
merupakan kolam penetasan;
·
disediakan
injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di permukaan air;
·
setelah proses
pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain;
·
setelah benih
berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
2.6.4 Sistim
kawin suntik
Pada sistim ini
induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur dirangsang untuk memijah
setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise ke dalam tubuh ikan. Kelenjar
hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor (berada dilekukan tulang tengkorak
di bawah otak besar). Setelah suntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam
induk akan terangsang melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang
tinggi, sarana yang lengkap dan perawatan yang intensif.
a.
Pembenihan/Pemijahan
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan ikan mas:
·
Dasar kolam
tidak berlumpur, tidak bercadas.
·
Air tidak
terlalu keruh; kadar oksigen dalam air cukup; debit air cukup; dan suhu
berkisar 25 derajat C.
·
Diperlukan
bahan penempel telur seperti ijuk atau tanaman air.
·
Jumlah induk
yang disebar tergantung dari luas kolam, sebagai patokan seekor induk berat 1
kg memerlukan kolam seluas 5 meter persegi.
·
Pemberian
makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk pellet diberikan secara teratur 2
kali sehari (pagi dan sore hari) dengan takaran 2-4% dari jumlah berat induk
ikan.
b.
Pemeliharaan
Bibit/Pendederan
Pendederan atau
pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan
menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan (luas 200-500 meter
persegi) yang sudah siap menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan
terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan
dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit
diseuaikan dengan ketentuan. Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa
tahap, yaitu:
Tahap I: umur
benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah benih yang
disebar=100-200 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih
menjadi 2-3 cm.
Tahap II: umur
benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang disebar=50-75 ekor/meter
persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 3-5 cm.
Tahap III: umur
benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang disebar=25-50 ekor/meter
persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 5-8 cm; perlu
penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
Tahap IV: umur
benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang disebar=3-5 ekor/meter persegi;
lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 8-12 cm; perlu penambahan
makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
2.6.5 Perlakuan dan
Perawatan Bibit
Apabila benih belum
mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakan pelet 2 mm sebanyak 3 kali
bobot total benih yang diberikan 4 kali sehari selama 3 minggu.
a.
Pemeliharaan
Pembesaran
Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan
secara polikultur maupun monokultur.
·
Polikultur
ikan mas 50%,
ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau
ikan mas 50%,
ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.
·
Monokultur
Pemeliharaan sistem
ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan dengan polikultur dan pada
sistem ini dilakukan pemisahan antara induk jantan dan betina.
2.6.6 Pemupukan
Pemupukan dengan
kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m 2 , TSP 10 gram/m 2 , Urea 10
gram/m 2 , kapur 25-100 gram/m 2 . Setelah itu kolam diisi air 39\0-40 cm.
Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air, kolam disemprot dengan
insektisida organophosphat seperti Sumithion 60 EC, Basudin 60 EC dengan dosis
2-4 ppm. Tujuannya untuk memberantas serangga dan udang-udangan yang memangsa
rotifera. Setelah 7 hari kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm. Padat
penebaran ikan tergantung pemeliharaannya. Jika hanya mengandalkan pakan alami
dan dedak, maka padat penebaran adalah 100-200 ekor/m 2 , sedangkan bila diberi
pakan pellet, maka penebaran adalah 300-400 ekor/m 2 (benih lepas hapa).
Penebaran dilakukan pada pagi/sore hari saat suhu rendah.
2.6.7 Pemberian
Pakan
Dalam pembenihan
secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan buatan. Pakan yang
berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang cukup, yaitu protein yang
mengandung asam amino esensial, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari. Setelah larva tidak menempel pada
kakaban (3-4 hari kemudian) kakaban diangkat dan dibersihkan. Pemberian pakan
untuk larva, 1 butir kuning telur rebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning
telur dibuat suspensi (1/4 liter air untuk 1 butir), kuning telur diremas dalam
kain kemudian diberikan pada benih, perawatan 5-7 hari.
2.7 Hama Dan Penyakit
2.7.1 Hama
a.
Bebeasan (Notonecta)
Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan
minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
b.
Ucrit (Larva
cybister)
Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian:
sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
c.
Kodok
Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang
mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
d.
Ular
Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan;
pemagaran kolam.
·
Lingsang
Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
·
Burung
Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi
rumbai-rumbai atau tali penghalang.
·
Ikan gabus
Memangsa ikan kecil. Pengendalian:pintu masukan air diberi saringan
atau dibuat bak filter.
·
Belut dan
kepiting
Pengendalian: lakukan penangkapan.
2.7.2 Penyakit
·
Bintik merah
(White spot)
Gejala: pada bagian
tubuh (kepala, insang, sirip) tampak bintik-bintik putih, pada infeksi berat
terlihat jelas lapisan putih, menggosok-gosokkan badannya pada benda yang ada
disekitarnya dan berenang sangat lemah serta sering muncul di permukaan air.
Pengendalian:
direndam dalam larutan Methylene blue 1% (1 gram dalam 100 cc air) larutan ini
diambil 2-4 cc dicampur 4 liter air selama 24 jam dan Direndam dalam garam
dapur NaCl selama 10 menit, dosis 1-3 gram/100 cc air.
·
Bengkak insang
dan badan ( Myxosporesis)
Gejala: tutup insang
selalu terbuka oleh bintik kemerahan, bagian punggung terjadi pendarahan.
Pengendalian;
pengeringan kolam secara total, ditabur kapur tohon 200 gram/m 2 , biarkan
selama 1-2 minggu.
·
Cacing insang,
sirip, kulit (Dactypogyrus dan girodactylogyrus)
Gejala: ikan tampak
kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok, ikan menggosok-gosokkan
badannya pada benda keras disekitarnya, terjadi pendarahan dan menebal pada
insang.
Pengendalian
direndan dalam
larutan formalin 250 gram/m3 selama 15 menit dan direndam dalam Methylene blue
3 gram/m3 selama 24 jam hindari penebaran ikan yang berlebihan.
·
Kutu ikan
(argulosis)
Gejala: benih dan
induk menjadi kurus, karena dihisap darahnya. Bagian kulit, sirip dan insang
terlihat jelas adanya bercak merah (hemorrtage).
Pengendalian:
ikan yang terinfeksi direndan dalam garam dapur 20 gram/liter air
selama 15 menit dan direndam larutan PK 10 ppm (10 ml/m3) selama 30 menit dengan
pengeringan kolam hingga retak-retak.
·
Jamur (Saprolegniasis)
Menyerang bagian
kepala, tutup insang, sirip dan bagian yang lainnya.
Gejala: tubuh yang
diserang tampak seperti kapas. Telur yang terserang jamur, terlihat benang
halus seperti kapas.
Pengendalian
direndam dalam larutan Malactile green oxalat (MGO) dosis 3 gram/m3
selama 30 menit; telur yang terserang direndam dengan MGO 2-3 gram/m3 selama 1
jam.
2.8 Panen
2.8.1 Pemanenan Benih
Sebelum dilakukan
pemanenan benih ikan, terlebih dahulu dipersiapkan alat-alat tangkap dan sarana
perlengkapannya. Beberapa alat tangkap dan sarana yang disiapkan diantaranya
keramba, ember biasa, ember lebar, seser halus sebagai alat tangkap benih,
jaring atau hapa sebagai penyimpanan benih sementara, saringan yang digunakan
untuk mengeluarkan air dari kolam agar benih ikan tidak terbawa arus, dan
bak-bak penampungan yang berisi air bersih untuk penyimpanan benih hasil panen.
Panen benih ikan dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi dan
sebaiknya berakhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terik matahari yang dapat mengganggu benih ikan kesehatan tersebut.
Pemanenan dilakukan mula-mula dengan menyurutkan air kolam pendederan sekitar
pkul 04.00 atau 05.00 pagi secara perlahan-lahan agar ikan tidak stres akibat
tekanan air yang berubah secara mendadak. Setelah air surut benih mulai
ditangkap dengan seser halus atau jaring dan ditampung dalam ember atau
keramba. Benih dapat dipanen setelah dipelihara selama 21 hari. Panenan yang
dapat diperoleh dapat mencapai 70-80% dengan ukuran benih antara 8-12 cm.
2.8.2 Cara Perhitungan
Benih Untuk mengetahui
benih ikan hasil panenan yang disimpan dalam bak penyimpanan maka sebelum
dijual, terlebih dahulu dihitung jumlahnya. Cara menghitung benih umumnya
dengan memakai takaran, yaitu dengan menggunakan sendok untuk larva dan kebul,
cawan untuk menghitung putihan, dan dihitung per ekor untuk benih ukuran
glondongan. Penghitungan benih biasanya dengan cara:
·
Penghitungan
dengan sendok.
·
Penghitungan
dengan mangkok.
2.8.3 Pembersihan
Pada umumnya, dasar kolam
pendederan sudah dirancang miring dan ada saluran di tengah kolam, selain itu
pada dasar kolam tersebut ada bagian yang lebih dalam dengan ukuran 1-2 meter
persegi sehingga ketika air menyurut, maka benih ikan akan mengumpul di bagian
kolam yang dalam tersebut. Benih ikan lalu ditangkap sampai habis dan tidak ada
yang ketinggalan dalam kolam. Benih ikan tersebut semuanya disimpan dalam
bak-bak penampungan yang telah disiapkan.
2.8.4 Pemanenan Hasil Pembesaran
Untuk menangkap/memanen
ikan hasil pembesaran umumnya dilakukan panen total. Umur ikan mas yang dipanen
berkisar antara 3-4 bulan dengan berat berkisar antara 400-600 gram/ekor. Panen
total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal
10-20 cm. Petak pemanenan / petak penangkapan dibuat seluas 2 meter persegi di
depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan.
Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan
waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati
untuk menghindari lukanya ikan.
BAB III
METODE DAN
HASIL
3.1 Waktu Dan tempat
Praktek Lapangan
ini dilaksanakan pada tanggal 6-7
Juli 2013 bertempatan di Kecamatan Cijalingan desa cisakan kabupaten sukabumi
dan Kecamatan Karang tengah Desa Batu Nunggal Praktikum ini di mulai pada Pukul
08.00 Wib sampai selesai.
3.2
Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah praktek
langsung di lapangan dan observasi. Jenis data yang diperlukan tentang perbandingan
budidaya ikan mas dengan cara tradisional dan budidaya ikan mas dengan teknis
literatur ini meliputi data primer dan
sekunder. Data primer dapat diperoleh dari diskusi dan wawancara dengan
pihak-pihak yang terkait seperti para petani sekitar kecamatan cijalingan dan
kecamatan karang tengah , bapak Unang , Bapak Asep dan Bapak Rudi Kelompok petani ikan mas ,serta pengamatan
langsung ke lapangan. Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari
literature-literatur yang berkaitan dengan budidaya.
3.3 Alat Dan Bahan
·
Alat
Buku Tulis
Buku Tulis
Balpoint
Kamera
·
Bahan
-
3.4 Prosedur
Langkah pertama yang
dilakukan untuk memulai observasi secara langsung ialah sebagai berikut :
1. Mencari sumber data
yang akan ditanyakan terlebih dahulu
2. Mencari responden
kelompok petani ikan mas
3. Memulai wawancara
dari cara dan pengelolaan budidaya ikan mas masing-masing responden
4. Pengumpulan data
3.5 Teknik
Pengumpulan Data
·
Mengikuti kegiatan praktikum lapang hingga selesai
·
Mencatat hal-hal yang penting untuk menjadikan
refrensi
·
Mendokumentasikan kolam-kolam pemilik petani
budidaya ikan mas
3.7 Hasil
Praktikum lapangan yang bertempatan di dua tempat
yang pertama di Kecamatan Cijalingan desa Cisakan dan yang kedua di Kecamatan
Karang tengah Desa Batu nunggal pemilik kolam budidaya ikan mas dengan 3
responden yang berbeda-beda .
1. Kolam Pertama pemiliknya Bapak unang
a. Pengelolaan Kolam
·
Cara pemupukan kolam bapak unang dengan cara di
keringkan
·
Untuk sirkulasi air menggunakan air sungai
kecil/selokan
·
Untuk pakan alami menggunakan (pelet,dedak)
b.
Perbandingan Jantan dan Betina
5 Betina 1 jantan dan terkadang dengan cara
kawin masal
c.
Jumlah produksi
Bapak unang menjual ikan kepasaran dan kepada para pembeli untuk usaha
pancingan , untuk sekali panen di kalau suhu bagus bisa menghasilkan 5 kw ikan
mas.
2. Kolam kedua bapak
rudi di kecamatan karang tengah desa batu nunggal
a.Pengelolaan kolam
Masih sama seperti kolam bapak unang karena
kolam bapak unang berdekatan dengan kolam bapak rudi
·
Sistem pemupukan dengan cara di keringkan
·
Untuk sirkulasi air menggunakan air sungai
kecil/selokan
·
Untuk pakan alami menggunakan (pelet,dedak)
b. Perbandingan jantan
dan betina
Untuk berbandingan pemijahan ikan mas perbandingannya 5 betika 1 jantan
atau lebih
c. Jumlah produksi
·
Jumlah produksi bapak rudi hampir sama sekitar 5 kw -7 kw ,hasil panen di pasarkan
ke pasar cibadak dan pasar parungkuda
3.
Kolam Bapak Asep
bertempatan di kecamatan cijalingan Desa Cisakan
a.pengelolaan kolam
·
untuk struktur
tanah kolam bapak asep tanah berpasir karenga pengaruh pertumbuhannya sangat
besar
·
sistim
pemupukan dengan cara di kasih garam, urea dan pupuk kandang
·
Sirkulasi air
memanfaatkan air sungai kecil dengan cara penyaringan .
b. perbandingan jantan
dan betina
·
10 betina 3
jantan atau dengan kawin masal
c.. Jumlah Produksi
·
1 liter bibit
bisa menghasilkan 1 kwintal ikan mas
·
Lama produksi
tergantung cuaca .
·
Pemasaran oleh
pemborong
3.8 Analisis SWOT
3.8.1
Kolam Pertama
A.Kekuatan
·
Ikan yang
diproduksi sehat/segar
·
Tidak menganggu
aktivitas warga
·
Sumber Air
tidak tercemar
B.Kelemahan
·
Banyak Pesaing
petani budidaya ikan mas
·
Masyarakat
lebih memilih daging ayam dari pada ikan
·
Tempat tidak
strategis
C. Kesempatan
·
Bisa
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi
·
Menguasai
pasaran
·
Menjadi
Suportir Kepasaran
D. Ancaman
·
Terkena Erosi
tanah karena kontruksi tanah kurang baik
·
Setelah Terjadi
Erosi Jumlah Produksi akan menurun
3.8.2
Kolam Kedua
A.Kekuatan
·
Ikan yang
diproduksi sehat/segar
·
Tidak menganggu
aktivitas warga
·
Sumber Air
tidak tercemar
B.Kelemahan
·
Banyak Pesaing
petani budidaya ikan mas
·
Masyarakat
lebih memilih daging ayam dari pada ikan
·
Tempat tidak
strategis
C. Kesempatan
·
Bisa
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi
·
Menguasai
pasaran
·
Menjadi
Suportir Kepasaran
D. Ancaman
·
Terkena Erosi
tanah karena kontruksi tanah kurang baik
·
Setelah Terjadi
Erosi Jumlah Produksi akan menurun
3.8.3
Kolam Ketiga
A.Kekuatan
·
Ikan yang
diproduksi sehat/segar
·
Harga Merakyat
·
Mudah Ditemukan
Dipasaran
B.Kelemahan
·
Banyak Pesaing
petani budidaya ikan mas
·
Masyarakat
lebih memilih daging ayam dari pada ikan
·
Tempat tidak
strategis
C. Kesempatan
·
Bisa
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi
·
Menguasai
pasaran
·
Menjadi
Suportir Kepasaran
D. Ancaman
·
Terkena Erosi
tanah karena kontruksi tanah kurang baik
·
Setelah Terjadi
Erosi Jumlah Produksi akan menurun
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jadi kebanyakan
pembudidaya ikan mas di kabupaten sukabumi masih menggunakan cara tradisional
,padahal menurut literatur bahwa sistem budidaya yang baik itu harus menunjang
3 faktor ,fisika,kimia ,biologi .
Laporan Budidaya Akuakultur Di empat Kawasan Budidaya Sukabumi
Reviewed by Screamer
on
10:06
Rating:
No comments: