EKOLOGI PERAIRAN
(Diajukan sebagai Salah Satu tugas Mata Kuliah Ekologi
Perairan)
Disusun Oleh :
Muhamad Galih Prayoga (033041111003)
MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah swt
,tuhan yang maha esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nyah sehingga
penyusun tugas ini dapat di selesaikan
Tugas ini disusun untuk di ajukan sebagai tugas Mata
Kuliah Ekologi Perairan judul “EKOLOGI PERAIRAN ” jurusan sumber daya
perairan fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Terima kasih Disampaikan kepada Dosen mata Kuliah
Ekolgi Perairan yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi kelancaran
tugas ini .
Demikian tugas ini disusun semoga bermanfaat,agar
dapat memenuhi tugas mata kuliah Pengantara Ilmu Perikanan
Sukabumi 18
Maret 2012
Muhamad
Galih Prayoga
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan
dengan panjang garis pantai lebih dari 95.000 km dan juga memiliki lebih dari
17.504 pulau. Keadaan tersebut menjadikan Indonesia termasuk kedalam Negara
yang memiliki kekayaan sumberdaya perairan yang tinggi dengan sumberdaya hayati
perairan yang sangat beranekaragam. Keanekaragaman sumberdaya perairan
Indonesia meliputi sumberdaya ikan maupun sumberdaya terumbu karang. Terumbu
karang yang dimiliki Indonesia luasnya sekitar 7000 km2 dan memiliki lebih dari
480 jenis karang yang telah berhasil dideskripsikan. Luasnya daerah karang yang
ada menjadikan Indonesia sebagai Negara yang memiliki kenekaragaman ikan yang
tinggi khususnya ikan-ikan karang yaitu lebih dari1.650 jenis spesie ikan
(Burke et al, 2002 dalam Zainarlan, 2007).
Kekayaan sumberdayahayati perairan
Indonesia yang tinggi akan sangat bermanfaat jika dilakukan pemanfaatan secara
optimal dan
bertanggung jawab. Pemanfaatan
sumberdayahati perairan ini dapat dilakukan melalui proses penangkapan yang
bertanggung jawab. Penangkapan ikan yang dilakukan adalah proses pemanfaatan
sumberdaya perikanan yang bersifat ekonomis dari perairan secara bertanggung
jawab. Dalam melakukan proses penangkapan, nelayan harus mengikuti peraturan
yang berlaku. Salah satu peraturan yang
mengatur mengenai kegiatan penangkapan
adalah Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yaitu prinsip-prinsip
tatalaksana perikanan yang bertanggungjawab. Tatalaksana ini menjadi asas dan
standar internasional mengenai pola perilaku bagi praktek penangkapan yang
bertanggung jawab dalam pengusahaan sumberdaya perikanan dengan maksud untuk
menjamin terlaksananya aspek konservasi, pengelolaan dan pengembangan efektif
sumberdaya hayati akuatik berkenaan dengan pelestarian.
Proses pemanfaatan sumberdaya
perikanan di Indonesia khususnya untuk ikan-ikan karang saat ini banyak yang
tidak sesuai dengan Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF). Hal ini
disebabkan oleh semakin bertambahnya kebutuhan dan permintaan pasar untuk
ikan-ikan karang serta persaingan yang semakin meningkat. Keadaan tersebut
menyebabkan nelayan melakukan kegiatan eksploitasi terhadap ikan-ikan karang
secara besar-besaran dengan menggunakan berbagai cara yang tidak sesuai dengan
kode etik perikanan yang bertanggung jawab. cara yang umumnya digunakan oleh nelayan
adalah melakukan illegal fishing yang meliputi pemboman, pembiusan, dan
penggunaan
alat tangkap trawl. Semua cara yang
dilakukan oleh nelayan ini semata-mata hanya menguntungkan untuk nelayan dan
memberikan dampak kerusakan bagi ekosistem perairan khususnya terumbu karang.
1.2
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan Makalah
Ekologi Perairan “Kerusakan ekosistem perairan khususnya terumbu karang akibat
illegal fishing” adalah sebagai berikut
·
Agar
mahasiswa/i dapat mengetahui Dampak dari Illegal Fishing terhadap
ekosistem perairan
terutama terumbu karang .
·
.Agar
mahasiswa/i dapat mengetahui apa saja Illegal Fishing itu dan jenis
kerusakan yang
dihasilkannya.
·
Agar
mahasiswa/i dapat mengetahui bagaimana kekinian masalah tersebut dan solusi
yang pernah diajukan.
·
Agar
mahasiswa/i dapat turut memberikan solusinya ternyadap masalah yang dibahas.
1.3
Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari
gagasan ini agar dapat tercipta sistem penangkapan ikan yang baik tanpa merusak
ekosistem perairan terutama terumbu karang. Dan dapat mengubah pola pikir
nelayan yang hanya ingin untung tapi tidak peduli pada ekosistem perairan
terutama terumbu karang yang justru sangat berpengaruh pada perkembangan ikan
di perairan.Sehingga pada akhirnya perairan dapat terjaga dan hasil tangkapan
nelayan dapat lebih melimpah.
BAB II
EKOLOGI PERAIRAN
EKOLOGI PERAIRAN
2.1
Definisi Ekologi Perairan
Ekologi adalah ilmu yang
mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkunganya dan yang lainnya.
Ekologi berasal dari bahasa yunani yaitu oikos (habitat) dan logos (ilmu).
Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk
hidup maupun interaksi antaramakhluk hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi,
kita mempelajari makhluk hidup sebagai satu kesatuan atau sistem dengan
lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas
dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor
biotik dan abiotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya,
dan topografi. Sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari
manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk
hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem. Dan ekosistem yang saling
mempengaruhi dan merupakan suatu system yang menunjukan kesatuan. Ekologi,
biologi, dan ilmu pengetahuan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan
botani yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik.
Ekowilayah bumi dan riset perubahan iklim ialah dua wilayah dimana ekolog
(orang yang mempelajari ekologi) kini berfokus pada beberapa cabang ilmu dari
ekologi.
Perairan adalah
suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat
dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis
(tergenang) seperti danau. Perairan ini dapat merupakan perairan tawar, payau,
maupun asin (laut).
Karena sifatnya yang masih luas, maka
ekologi mempunyai beberapa cabang ilmu yang lebih fokus, yaitu :
- Behavioural ecology
- Community ecology or synecology
- Ecophysiology
- Ecosystem ecology
- Evolutionary ecology
- Global ecology
- Human ecology
- Population ecology
2.2
Ekologi Perairan Laut
2.2.1 Lingkungan Laut
Aspek-aspek laut yang menjadi
perhatian utama dalam bidang ekologi adalah sebagai berikut :
a. Laut itu luas ;
mencakup 70% dari permukaan bumi.
b. Laut itu dalam dan
kehidupan berlangsung pada setiap kedalaman.
c. Laut itu sambung
menyambung, tidak terpisah-pisah seperti habitat daratan atau air tawar.
d. Laut adalah sirkulasi
berkesinambungan; perbedaan temperatur udara antara kutub dan khatulistiwa menyebabkan
angin kencang seperti angin pasat (meniup secara tetap ke arah yang sama
sepanjang tahun). Penaikan air (upwelling) terjadi di mana angin secara tetap
menggerakkan permukaan air menjauhi lereng pantai yang terjal, dan membawa ke
permukaan air dingin yang kaya zat hara yang telah terkumpul di tempat yang
dalam.
e. Laut didominasi oleh
berbagi macam gelombang dan oleh pasang surut yang terjadi karena gaya tarik
bulan dan matahari. Pasang surut terutama menyebabkan ciri-ciri keberkalaan
(periodicity) dalam komunitas.
f. Laut adalah asin.
Salinitas rata-rata atau kandungan garamnya diukur menurut beratnya 35 dari
setiap seribu bagian air, atau 3,5%.
g. Konsentrasi zat hara
yang terlarut adalah rendah dan merupakan suatu faktor keterbatasan dalam
menentukan ukuran populasi lautan.
h. Yang sangat berlawanan,
lautan dan beberapa kelompok organisme yang hidup di dalamnya lebih tua
daripada dasar laut, yang selalu berubah dan diperbaharui oleh adanya proses
tektonik dan pengendapan.
2.2.2
Biota Laut
Biota laut sangat bervariasi.
Coelentrata, spons, echinodermata, annelida, dan berbagai phyla yang kurang
penting yang tidak terdapat ataupun hanya sedikit sekali ditemukan di perairan
tawar amat penting dalam ekologi laut. Bakteri, algae, crustacea dan ikan memegang
peranan yang dominan dikedua lingkungan perairan.
2.2.3 Zonasi Laut
Zonasi vertikal yang penting
didasarkan atas penetrasi cahaya dengan suatu daerah kompensasi yang memisahkan
antara lapisan atas yang tipis zona euphotik (yaitu daerah yang memproduksi)
dengan lapisan yang jauh lebih tebal zona aphotik.
2.2.4 Komunitas Lingkungan Laut
Produsen. Fitoplankton diatom dsn
dinoflagelata adalah produsen yang dominan pada tingkat tropik di wilayah
beting manapun.
Konsumen: Zooplankton, benthos, nekton
dan neuton.
Benthos laut ditandai oleh jumlah
sesile yang sangat banyak, atau binatang-binatang yang secara relatif tidak
aktif yang memperagakan ciri zonasi di kawasan pantai. Organisme dasar biasanya
berbeda-beda untuk ketiga zona pertama, supratidal, intertidal dan subtidal.
Nekton terbatas oleh adanya penghalang
yang tak terlihat yang berupa temperatur salinitas dan nutrien; dan seperti
jenis binatang dasar, organisme yang mempunyai daya gerak.
Dua ciri ikan pelagik yang penting,
antara lain :
a. kecenderungannya untuk
menyatu atau mengelompok yang tidak diragukan lagi merupakan modal berharga di
perairan terbuka tanpa pelindung.
b. Kecenderungannya untuk
melakukan migrasi musiman yang pasti.
Bakteri, menurut Zobell (1963)
densitas bakteri pada air laut berkisar antara kuran dari 1 per liter di laut
terbuka sampai maksimum 108 per mililiter di pantai. Densitasnya pada endapan
laut berkisar antara kurang dari 10-108 per gram endapan permukaan, tergantung
pada kandungan organiknya.
2.2.5 Bakau Dan Terumbu Karang
Dua komunitas laut dangkal yang sangat
menarik dan khas dari perairan tropika dan subtropika yang pantas disebut
secara khusus adalah rawa bakau dan terumbu karang. Keduanya yang membantu
membentuk pulau dan memperluas pantai.
Bakau adalah salah satu diantara
tumbuh-tumbuhan tanah timbul yang tahan terhadap salinitas laut terbuka.
Tumbuh-tumbuhan ini mempunyai akar tunjang yang luas yang mengurangi arus
pasang surut, menyebabkan pengendapan lumpur dan silt yang ektensif dan
memberikan permukaan tempat organisme laut menempel.
Zonasi sepanjang pantai bakau tidak
hanya penting untuk memperluas pantai dan membentuk pulau, tetapi juga
melindungi pantai dari pengikisan secara dahsyat yang ditimbulkan oleh badai
tropika yang hebat. Detritus daun bakau ternyata mngambil bagian utama dalam
memberikan masukan energi kepada perikanan.
Meskipun karang adalah binatang,
trumbu karang bukanlah komunitas heterotopik, melainkan suatu ekosistem lengkap
dengan struktur tropik yang mencakup biomas tumbuh-tumbuhan hijau yang bamyak.
2.2.6 Komunitas Pada Kawasan Samudra
Komunitas di kawasan ini seluruhnya
terdiri dari organisme dengan cara hidup pelagik atau benthos. Beberapa jenis
yang hidup di laut umumnya juga terdapat di zona neritik, tetapi banyak yang
zona lautan. Zona ephotik meluas ke daerah yang lebih dalam pada laut terbuka,
namun jumlah produksi primer permeter persegi di bawah permukaan tetap kecil.
Tetapi karena lautan terbuka begitu luas memainkan peran yang sangat penting
dalam keseluruhan perimbangan oksigen dan karbondioksida. Kehidupan pelagik
terutama nekton dari zona batial dan abisal tetap merupakan kehidupan laut yang
paling sedikit diketahui.
BAB III
Metodologi Percobaan
3.1
Alat Yang Di gunakan
·
GPS
: menentukan posisi
·
Karen meter : mengukur arus
·
Refraktometer : mengukur salinita
·
PH
air : mengukur PH air
·
Thermometer
:mengukur suhu
·
DO meter : mengukur kandungan oksigen terlarut
·
Meteran : mengukur jarak
·
Kamera
:sebagai alat dokumentasi
·
Snorkel
dan masker : melihat organisme dalam perairan
·
Plot
transek: dala pengambilan data lamun
·
Buku identifikasi : untuk mengidentifikasi
jenis-jenis
·
Kantong
sample: untuk menyimpan organism yang ditemukan
·
Formalin
: cairan yang berfungsi mengawetkan organisme
·
Alat
tulis menulis : mencatat data yang didapatkan
3.2 Bahan Yang Dijadikan
Penelitian
·
Plankton
·
Lamun
·
Manggrove
·
Taripang
·
Aquades
3.3. Metode
Metode
yang digunakan dalam praktikum ini, dalam Lamun dan Mangrove adalah metod
transek. sedangkan untuk plankton di lakukan dengan metode pengamatan
langsung terhadap objek yang akan diamati dengan metode penyaringan di
lapangan dan secara tidak langsung atau identifikasi di dalam laboratorium.
3.4. Cara Kerja
Pengukuran
parameter fisik dan kimia di Pantai Rendani:
·
Suhu
Pengukuran
suhu air dilakukan dengan thermometer celcius yang digantung dengan tali dan
dicelupkan ke air selama kira-kira 5 menit sampai suhu konstan, kemudian
diamati angkanya tampa menyentuh thermometernya dan ditulis hasilnya.
·
Salinitas
Menggambil
air dan ukur dengan alat salinitas dan melihat hasilnya.
·
Kecepatan
Arus
Lepaskan
penampung pada suatu titik yang telah ditentukan. Pada saat pelampumg
dilepas
ke dalam perairan, pada saat itu pula tekan tombol start pada stop watch. Setelah
jarak tertentu matikan stop watch. Lalu ukur jarak dan waktu yang telah
ditempuh. Ulangi pekerjaan ini selama 3 kali di tempat yang berbeda dan
hasilnya dirata-ratakan. Kecepatan aliran air dinyatakan dalam jarak perwaktu
(meter/detik, km/jam).
·
Pengukuran
PH
Pengukuran
PH air pantai Rendani dilakukan dengan mengambil air sedikit dan setelah itu
ambil alat PH meter dan rendam di air tersebut beberapa menit kemudian melihat
hasilnya tersebut.
3.4.1Plankton
·
Menyediakan
serta mengecek alat dan bahan yang akan digunakan dalam sampling
·
Menyiapkan
jaring plankton kemudian melemparnya ke perairan
·
Menarik
jaring plankton secara perlahan dan selalu menjaga posisi jarring tepat di
bawah permukaan air
·
Membuka
penjepit saluran dan menuangkan volume air yang terjebak di dalamnya ke dalam
botol koleksi
·
Meneteskan
formalin ke dalam botol tersebut yang berisi air lalu menutup botol dengan
rapat dan menkocok secara perlahan-perlahan
·
Memberikan
label keterangan nama pengambil, lokasi dan tanggal pengambilan kemudian membawanya
ke laboratium untuk di analisis
·
Meneteskan
sampel yang telah di kocok sebelumnya ke dalam Sedgwich Rafter dan menutupnya
dan amatilah di bawah mikroskop
·
Kemudian
menghitung jumlah dan jenis plankton dan setelah itu mengidentifikasi plankton
3.4.2 Lamun
·
Buatlah
di padang lamun dengan menggunakna meteran dengan transect garis sepanjang 10
meter
·
Dibentangan
transect garis (meteran) dibuat sepuluh plot pengamatan (transect kuadrat 50 cm
x 50 cm).
·
Dilakukan
Pengamatan pada tiap bagian transect kuadrat.
·
Diamati
dan catat, tiap penutup spesies vegetasi lamun yang terdapat pada plot
pengamatan, sesuai dengan kelas masing-masing
·
Setelah
itu identifikasi lamun tersebut dan hitung indeks keanekaragaman.
3.4.3 Manggrove
·
Membuat
transek didaerah ekosistem mangrove dengan menggunakan tali rafia dengan ukuran
yang telah ditentukan 40 x 40
·
Mengamati
plot tersebut dan mencatat jenis
mangrove yang ada di dalamnya
·
Mengambil
sampel mangrove atau foto sebagai bukti untuk mengidentifikasi jenisnya di
laboratium.
.
BAB
IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari makalah kami
adalah, ekologi merupakan salah satu cabang ilmu alamiah dasar yang berhubungan dengan lingkungan. Baik itu
antara manusia dan lingkungan maupun antara makhluk hidup lainnya dengan
lingkungan nya. Dalam ekologi banyak sekali substansi-substansi yang
menjelaskan hubungan-hubungan atau interaksi makhluk hidup dengan alam atau
lingkungannya.
Dalam ekologi juga mempelajari tentang
hubungan manusia dengan lingkungannya, telah dijelaskan dalam isi makalah bahwa
manusia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi lingkungan baik dari segi
positif maupun dari segi negatifnya. Telah dijelaskan juga bahwa manusia
merupakan makhluk yang hidup memerlukan lingkungan untuk hidup.
DAFTAR PUSTAKA
EKOLOGI PERAIRAN MSP MAHASISWA PERIKANAN
Reviewed by Screamer
on
10:02
Rating:
No comments: