MARKING AND TAGGING FISH ( MENANDAI DAN PENANDAAN IKAN )

MARKING AND TAGGING FISH
( MENANDAI DAN PENANDAAN IKAN )

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Perikanan  )


                                                    Disusun Oleh :
Randy Syafella
(033041111004)


PROGRAM STUDI MANAJEMAN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nyah sehingga penyusun tugas ini dapat di selesaikan  
Tugas ini disusun untuk di ajukan sebagai tugas Mata Kuliah Biologi Perairan  Yang Berjudul MARKING AND TAGGING FISH ”
jurusan sumber daya perairan fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Terima kasih Disampaikan kepada Dosen mata Kuliah Biologi Perairan    yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi kelancaran tugas ini .
Demikian tugas ini disusun semoga bermanfaat,agar dapat memenuhi tugas mata kuliah Pengantara Ilmu Perikanan


BABI
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Berbagai cara dipergunakan para ahli untuk melakukan penelitian biologi perikanan. Salah satu cara yaitu yang disebut tehnik “mark recapture”. Dasar dari tehnik ini ialah memberikan tanda (mark) pada sejumlah ikan dan dalam jangka waktu tertentu, menangkapnya kembali (recapture). Dari ikan-ikan yang tertangkap, peneliti mendapatkan sejumlah data, dan dari data tersebut dapat diduga apa yang terjadi pada ikan, atau kelompok ikan tertentu dimsa lalu. Hal-hal yang dapat mungkin diduga ialah: pertumbuhan dan umur, jalur dan kecepatan ruaya, tingkat kematangan dan besar sediaan, serta sifat-sifat populasi yang lain.

Tehnik ini mula-mula dipakai untuk mendapatkan beberapa informasi guna pengelolaan ikan salmon dan ikan trout. Tehnik ini berhasil untuk pertama kali dilakukan 90 tahun yang lalu ketika CHARLES G. ATKINS, pada tahun 1873 men “tagged” Salmon Atlantik di Penobscot river dan kemudian tertangkap kembali sejumlah ikan yang cukup banyak. Meskipun demikian, dalam beberapa tahun kemudian perkembangan dari penggunaan tehnik ini lambat. Hambatan terutama disebabkan oleh sulitnya mendapatkan jenis tag yang cocok untuk jenis ikan tertentu. Baru 25 tahun yang lalu tehnik ini berkembang dan dianggap merupakan cara yang ampuh untuk mempelajari dinamika populasi.

Tulisan yang disajikan ini hanya merupakan pengenalan saja mengenai tehnik “mark recapture” tersebut. Aspek-aspek yang dibahas adalah dasar-dasar dari tehnik ini yang meliputi tipe-tipe penandaan, manfaat dan kelemahan-kelemahan serta aplikasi tehnik ini untuk pendugaan besaran sediaan (stock). Tulisan ini jauh dari lengkap untuk digunakan sebagai panduan untuk mempelajari dinamika populasi. Pada saat ini, dengan berkembangnya matematika, maka analisis data yang didapat dari tehnik ini makin berkembang dan tidak sesederhana seperti yang terdapat dalam tulisan ini. Meskipun demikian penulis berharap bahwa tulisan ini dapat merangsang peneliti-peneliti muda untuk mengembangkan tehnik ini dalam penelitian Biologi Perikanan di Indonesia.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis Penandaan Yang Dipakai Dan  Faktor Yang Menentukan

Sampai saat ini banyak sekali macam penandaan yang dipakai dalam penelitian biologi perikanan. Tetapi pada dasarnya hanya ada dua kelompok cara pemberian tanda pada ikan:
1.      Marking, yaitu pemberian tanda pada ikan dengan cara memotong dan melubangi anggota tubuh (mutilasi), menggambari tubuh (tattoo), dan mewarnai tubuh. Diantara cara penandaan tersebut, yang paling banyak digunakan ialah pemotongan sirip dan melubangi tutup insang.
2.      Tagging, ialah pemberian tanda pada tubuh ikan dengan menempelkan benda asing. Beberapa material telah dipakai untuk tag pada ikan, dan menurut ROUNSFELL dan EVERHART (1953) paling sedikit ada 12 jenis metal dan senyawaan metalik ditambah dengan beberapa material seperti ebonit, tulang, kulit dan celluloid, sutera dan karet. Dalam tahun-tahun terakhir ini, berbagai jenis plastik banyak digunakan sebagai tag.

Cara pemberian tanda dan pemakaian tanda yang baik banyak menimbulkan masalah. Menurut EFFENDI (1978) tanda yang baik seyogyanya memenuhi syarat sebagai berikut:
1.      Tanda tidak berubah selama ikan hidup.
2.      Tidak mengganggu tingkah laku ikan sehingga mudah ditangkap oleh pemangsa.
3.      Tidak mudah menyebabkan  tersangkut pada tanaman akustik.
4.      Tanda itu murah dan mudah diperoleh.
5.      Tepat untuk tiap ukuran ikan dengan penyesuaian yang minimal.
6.      Mudah diterapkan pada ikan tanpa menggunakan zat pembius dan gangguan “stress” diusahakan sekecil mungkin.
7.      Cukup banyak variasi untuk  membedakan kelompok-kelompok ikan yang kecil perbedaannya.
8.      Tidak menyebabkan kesehatan ikan terganggu.
9.      Tidak berbahaya atau menyebabkan bahaya pada ikan sebagai ikan pangan.
10.  Tanda mudah dikenal oleh orang yang tidak mendapat latihan sekalipun.

Pemilihan salah satu tanda dari beberapa jenis penandaan tergantung pada berbagai faktor (ROUNSFELL 1975) yaitu:
·         Jumlah dan sifat organisme yang akan ditandai
·         Kecepatan pemberian tanda
·         Lama waktu yang diharapkan tanda masih dikenal
·         Mudah atau sukarnya menangani ikan
·         Bagaimana cara penangkapan kembali.

2.2  Manfaat Dan Kelemahan Dari  Suatu Cara Penandaan

 2.2.1 Mutilasi
Cara mutilasi dipergunakan terutama untuk penandaan terhadap ikan yang jumlahnya besar dan dan berukuran kecil.keuntungan dari cara ini ialah pelaksanaannya cepat sehingga dalam waktu singkat dapat ditandai sejumlah besar ikan. Pada cara ini yang biasa dilakukan adalah pemotongan sirip atau pelubangan tutup insang. Tetapi karena sifat regenerasi beberapa jenis ikan yang cepat, bagian-bagian tubuh tersebut dalam waktu relatif singkat dapat pulih kembali mendekati asal. Maka dalam percobaan ini penangkapan kembali harus dilakukan dalam waktu cepat.
2.2.2        Zat Warna

Untuk percobaan yang dilakukan dalam waktu singkat, penandaan dengan mencelupkan pada zat warna merupakan cara yang praktis. Sebagai contoh misalnya, anak-anak ikan Salmon ditandai dengan mencelupkan pada zat warna dan dikembalikan ke sungai. Dalam beberapa jam atau hari, sebagian ditangkap lagi pada saat mereka beruaya kehilir menuju kelaut. Perbandingan antara ikan yang diwarnai dan yang tidak dapat dipakai untuk memperkirakan jumlah anak salmon yang meninggalkan sungai. Keuntungan cara ini ialah cocok dipakai untuk penandaan bentuk larva atau juvenil yang sensitif terhadap handling dan juga memungkinkan kerja yang cepat sehingga baik untuk diterapkan pada percobaan yang memerlukan contoh dalam jumlah besar. Tetapi, biasanya warna tidak tahan lama sehingga untuk percobaan yang memerlukan jangka waktu relatif lama, cara ini tidak cocok. Selain dari itu, untuk jenis-jenis hewan akuatik yang mengalami pergantian kulit (moulting) seperti bangsa udang-kepiting, jelas tidak dapat diterapkan.
Terhadap bangsa udang-kepiting (Crustacea), telah dikembangkan dengan cara suntikan hipodermis dari sejumlah kecil zat warna yang dilarutkan dalam akuades. Zat warna tersebut pertama kali mewarnai seluruh tubuh, tetapi dalam waktu 24 jam semua zat warna terkonsentrasikan dalam insanh sehingga kepala (thorax) udang berwarna cemerlang dan dengan demikian mudah dibedakan dari yang tidak berwarnai. Cara ini sangat berhasil untuk mempelajari berbagai aspek biologi udang di teluk Meksiko. Keuntungan utama cara ini ialah tidak terpengaruh oleh pergantian kulit (moulting) dan dapat juga diterapkan pada biota yang berukuran kecil.
Zat warna yang dapat dipakai terbatas warnanya, sehingga jenis percobaan yang dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan juga terbatas. Satu kelemahan lagi ialah apabila warna yang dipakai mendekati warna biota percobaan, akan berakibat sulit mendeteksinya.



2.3      Zat Warna Fluoresen Dan Fosforesen

Keuntungan cara ini ialah apabila dikombinasikan dengan cara penyuntikan zat warna diatas, memungkinkan aneka ragam percobaan dapat dilakukan serentak. Juga pada biota yang berwarna hampir sama dengan zat warna yang dapat dipakai, dapat dipergunakan cara ini. Berbagai warna fluoresen dalam jumlah kecil dapat dibedakan dengan alat fluorometer melalui perbedaan panjang gelombang. Meskipun demikian cara ini tidak dapat diterapkan pada semua hewan akustik, karena beberapa jenis hewan akustik juga ada yang berfluoresen.

2.3.1        Tattoo

Untuk penandaan sementara, pemberian tattoo dengan jarum listrik dapat diterapkan untuk ikan-ikan berukuran kecil yang berjumlah besar, karena kecepatan operasinya. Pemberian tanda dengan cara ini tidak dapat bertahan lama sehingga dalam percobaan yang membutuhkan waktu lama tidak dapat diterapkan.

2.3.2        Tag

Material yang dipilih untuk tag tergantung pada beberapa faktor:
1.      Lama waktu dilakukan penangkapan kembali
Jika jangka waktu penangkapan kembali pendek, banyak pilihan yang dapat dilakukan. Apabila waktunya lama, maka harus dipilih material yang tidak berkarat atau yang dapat mengalami perubahan.
2.      Tempat pemasangan tag.
Untuk tag eksternal, material yang tidak berkarat sangat dianjurkan, terutama jika jangka waktu percobaan berlangsung lama. Untuk tag yang dimasukkan dalam rongga tubuh (internal), material nonstainless steel dapat dianjurkan untuk dipakai.

3.      Cara pengenalan kembali.

Dengan penglihatan. Ukuran tag harus cukup besar dan berwarna menyolok. Pengenalan dari hasil tangkapan nelayan harus bersifat mudah dikenal sewaktu nelayan mensortir ikan tersebut. Suatu hal yang paling penting untuk dipertimbangkan ialah bagaimana sifat nelayan menagani hasil tangkapannya, untuk menentukan penempatan tag supaya mudah dilihat.

Dengan memancarkan suara bawah air. Tag dapat memancarkan suara dari transmitter baterai. Jenis ini sangat berguna untuk menentukan atau melacak gerakan ikan, misal ikan anadromus dalam usahanya menemukan dan melalui fishways.
Dengan tehnologi tinggi dapat dibuat jenis tag ini dalam ukuran kecil sehingga dapat dimasukkan dalam perut ikan. Tetapi jenis tag ini berfungsi selama baterai masih berfungsi. Jadi tergantung sampai berapa lama kekuatan baterainya. Selain itu untuk ikan-ikan yang jarak atau jangkauan ruayanya amat jauh, cara ini sulit diterapkan karena kekuatan alat yang menerima pancaran terbatas.

Dengan elektromagnet atau detektor elektromagnetik.
Cara ini diterapkan pada ikan-ikan kecil yang ditangkap dalam jumlah besar. Dalam pemrosesan ikan untuk dijadikan suatu produk tertentu, elektromagnet dapat memisahkan tag dari daging ikan. Cara ini hanya dapat dipakai untuk mengetahui lokasi-lokasi penangkapan ikan-ikan yang bercampur dalam pabrik pemrosesan. Cara ini cukup mahal dan tidak dapat digunakan untuk berbagai tujuan percobaan.

Dengan radioaktivitas. Jenis tag ini telah dikembangkan dengan material radioaktif bertingkat rendah, menyerupai “radium dial” dari jam tangan. Ia dapat dideteksi dengan alat yang mengukur radioaktivitas ikan pada alat yang memindahkan ikan dari kapal ke pabrik. Cara penandaan dengan jenis-jenis tag ini dapat dilakukan pada sejumlah besar ikan, tetapi cara penemuan kembali sangat spesifik sehingga membatasi jenis percobaan yang dapat dilakukan. Penerapannya pada jenis-jenis ikan juga terbatas, dan selain itu berfungsinya tag tergantung dari lama “half life” bahan radioaktif yang digunakan.

2.4 Perkiraan Besaran Populasi

Pendugaan besaran populasi merupakan aspek yang sangat penting di dalam pengelolaan perikanan. Dengan diketahuinya besar populasi suatu jenis ikan, maka dapat diatur jumlah alat tangkap yang boleh beroperasi di suatu perairan ataupun dapat dibatasi jumlah ikan yang boleh ditangkap. Uraian berikut adalah dasar-dasar yang dipakai dalam usaha pendugaan besaran populasi dengan tehnik “mark-recapture”.

2.4.1        Asumsi Yang Dipakai

Penandaan pada ikan dapat dipakai untuk menduga besaran populasi. Pada prinsipnya sangat sederhana dan berdasar pada berbagai variasi cara yang berasal dari cara yang dipakai PETERSEN.
Cara PETERSEN terdiri dari penandaan yang dilakukan pada saat dan pengambilan contoh dilakukan satu saat juga. Misalkan suatu populasi N  ikan dan jumlah ikan yang diberi tanda T. Situasi yang paling mudah didapatkan apabila:
·         Ikan yang bertanda tersebar secara acak di dalam populasi dan
·         Upaya pengambilan contoh juga dilakukan tersebar secara acak.
Maka rasio jumlah ikan yang bertanda dalam populasi sebanding dengan rasio ikan bertanda yang tertangkap kembali dengan jumlah contoh. Apabila m adalah ikan bertanda dalam contoh yang besarnya n maka :
Kemudian didapatkan N =  

Dari rumus yang sederhana ini kemudian terjadi penyempurnaan-penyempurnaan. Demikian juga dengan metoda-metoda pengambilan contohnya. Tetapi semuanya masih berdasar rumus yang sederhana tadi. Pemakaian rumus-rumus tersebut dengan sendirinya berlaku apabila asumsi-asumsi de bawah ini dipenuhi:
1.      Ikan bertanda mengalami mortalitas alami yang sama dengan ikan yang tidak bertanda.
2.      Ikan bertanda mempunyai kepekaan yang sama dengan ikan yang tidak bertanda terhadap upaya penangkapan yang dilakukan.
3.      Ikan yang diberi tanda tidak hilang tandanya.
4.      Ikan yang diberi tanda berbaur secara acak dengan ikan yang tidak bertanda dan sebaran dari upaya penangkapan sebanding dengan jumlah ikan yang berada pada berbagai bagian perairan.
5.      Semua ikan bertanda dapat dikenali kembali dan dilaporkan apabila tertangkap.
6.      Rekrutmen demikian kecil dibandingkan dengan besar populasi pada saat penangkapan sehingga dapat diabaikan.
Semua kondisi di atas merupakan syarat-syarat umum untuk melakukan percobaan dari tipe-tipe ini dan akan dibicarakan secara terperinci.


2.4.2        Kelemahan-Kelemahan

Setiap metoda penelitian tentu mempunyai kelemahan-kelemahan dan keterbatasan-keterbatasan tertentu. Hal tersebut hendaknya disadari, sebab pada dasarnya tiada satupun metoda yang sempurna. Dengan disadarinya kelemahan-kelemahan dan keterbatasan tersebut, maka kita menjadi lebih hati-hati dalam pelaksanaannya maupun dalam analisanya. Beberapa kelemahan tersebut akan diuraikan di bawah ini.


1.      Perbedaan mortalitas.
Suatu pengaruh yang sering terjadi akibat penandaan adalah mortalitas ekstra di antara ikan-ikan bertanda, baik sebagai akibat langsung dari penandaan maupun tidak langsung dari kecelakaan karena “handling” atau operasi penandaan. Dalam dua kejadian tersebut jumlah penangkapan kembali akan menjadi terlalu rendah. Jadi pendugaan populasi yang dilakukan dari kejadian ini akan terlalu besar.
2.      Perbedaan kepekaan dari ikan bertanda dan tidak bertanda.
Sumber kesalahan yang lebih jelek ialah kecenderungan ikan bertanda lebih atau kurang peka terhadap penangkapan daripada ikan yang tidak bertanda. Kecenderungan ini mungkin disebabkan beberapa hal:
a.       Tag yang dipakai mungkin membuat ikan menjadi lebih atau kurang peka terhadap penangkapan. Pada ikan Bluegill yang diberi tanda pada rahangnya kurang peka terhadap pancing daripada yang tidak bertanda. Contoh lain, ikan salmon yang diberi tanda dengan lempeng ganda yang dihubungkan dengan kawat melalui tubuhnya lebih peka terhadap gillnet daripada yang tidak bertanda, karena tanda lebih mudah tersangkut pada gillnet.
b.      Suatu hal yang paling umum adalah perbedaan kelakuan sebagai hasil dari penandaan (tagging atau marking). Menangkap dan memberi tanda terhadap ikan adalah suatu “stress” fisiologis dan mungkin juga merupakan gangguan psikologis. Maka tidak mengherankan apabila didapatkan kelakuan yang berbeda setelah itu, baik dalam jangka lama maupun singkat. Contoh: ikan Centrarchid yang diberi tanda ketika dilepaskan pertama kali biasanya berenang kebawah dan menyelinap kedalam tumbuhan akustik. Kecenderungan yang sama, sebagai suatu perlawanan, mungkin membuat mereka lebih cenderung memasuki mulut perangkap daripada ikan tidak bertanda. Setiap jenis ikan setelah diberi tanda mungkin menghindari makanan dan karenanya lebih sedikit tertangkap dengan pancing. Apabila penandaan membuat ikan lebih sulit berbelok, maka ikan tersebut cenderung berkurang kemungkinannya untuk tertangkap dengan alat penangkap pasif seperti bubu dan gillnet, tetapi lebih mudah tertangkap dengan alat penangkap aktif seperti seine dan trawl. Pada jenis-jenis ikan tertentu, tag mungkin meransgsang ikan bergerak lebih banyak dalam beberapa hari atau beberapa Minggu setelah penandaan.
3.      Hilangnya tanda.
Sumber kesalahan lain dalam perkiraan populasi disebabkan oleh hilangnya tag atau mark, pada pengikatan tag, cara pengikatan harus permanen, kalau tidak akan mudah terlepas, cara pengikatan yang tidak baik kadang-kadang ditemukan apabila diadakan pengamatan contoh dengan melihat lebih dekat dan teliti.
Apabila digunakan marking, hilangnya marking mungkin saja terjadi. Cara mutilasi ada juga kelemahannya yaitu apabila sifat regenerasi ikan sedemikian rupa sehingga anggota tubuh yang dipotong atau dilubangi dapat pulih seperti sediakala. Pada kebanyakan ikan, sirip perut beregenerasi tidak sempurna sehingga dapat dibedakan dengan pengamatan yang cepat.



4.      Ikan tidak berbaur secara acak.

Di alam, biota cenderung tersebar secara tidak acak. Apabila demikian, harus ditentukan dahulu bagaimana kira-kira pola penyebarannya. Misalkan di suatu danau, pada suatu bagiannya sejenis ikan densitasnya lebih tinggi daripada bagian danau yang lain. Maka pengambilan contoh juga harus dilakukan acak pada kedua bagian danau tadi dan dihitung masing-masing populasinya. Hasil kedua perhitungan dijumlahkan untuk mendapatkan perkiraan populasi total. Apabila tidak dilakukan demikian akan terjadi hasil perhitungan yang biasa. Hal tersebut umum terjadi di alam dan jarang ada biota yang tersebar secara acak.

5.      Ikan bertanda yang tertangkap tidak dilaporkan.
Apabila peneliti bukan sebagai agen untuk melakukan penangkapan kembali, maka ada kemungkinan penangkapan ikan bertanda yang tertangkap tidak dilaporkan oleh nelayan. Peristiwa ini sangat relevan dengan keadaan Indonesia mengingat tingkat pendidikan nelayan yang masih rendah. Kalu seandainya dikembalikan, masih ada persoalan lagi apakah hasil tangkapan ikan yang tidak bertanda juga dilaporkan atau dapat diketahui jumlahnya? Jika tidak, maka perkiraan besar populasi juga tidak dapat diakukan.

6.      Jumlah rekrutmen tidak dapat diabaikan.
Persyaratan bahwa  rekrutmen harus demikian kecil dibandingkan dengan populasi pada saat penangkapan kembali sering tidak dapat dipenuhi, apabila tidak dapat dipenuhi, dugaan populasi menjadi terlalu besar. Untuk menghindari hal tersebut maka waktu penandaan dan waktu penandaan dan penangkapan kembali jaraknya harus demikian sempit sehingga tidak memungkinkan terjadinya rekrutmen atau rekrutmen demikian kecil sehingga dapat diabaikan. Atau kalau rekrutmen terjadi juga mungkin belum dapat tertangkap dengan alat tangkap yang dipakai, atau ukuran rekrut dapat dipisahkan dari populasi semula.

2.4.3        Jumlah Contoh Yang Harus Diambil

Dalam pemakaian rumus PETERSEN, jumlah contoh yang diambil untuk penangkapan kembali merupakan persyaratan yang penting. Menurut ROBSON dan REGIER (dalam JONES 1976) perlu diambil contoh yang cukup besar dalam penangkapan kembali (n), paling tidak sama atau melebihi jumlah individu yang tidak bertanda, supaya tidak terjadi bias. Hal ini hampir tidak pernah dapat diterapkan pada suatu populasi. Lebih lanjut mereka menyimpulkan bahwa supaya bias yang terjadi dapat diabaikan, maka hasil perkalian antara T x n harus melebihi besar populasi.
Untuk memenuhi persyaratan di atas sulit bagi populasi ikan yang jumlahnya besar. Dapat dibayangkan berapa besar contoh yang diambil di Selat Bali umpamanya, atau Ikan Layang di laut Jawa. Belum lagi masalah penentuan banyaknya populasi di suatu perairan, misalnya populasi Ikan Layang di Laut Jawa. Jadi dapat dikatakan tidak mungkin menduga besaran populasi di laut lepas, cara ini lebih bermanfaat dipakai untuk mempelajari ruaya dan juga pertumbuhan individu ikan.



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
     Penandaan dan teknik menandai Ikan  penting untuk setiap ahli biologi perikanan. Menandai ikan memungkinkan ahli biologi untuk mengumpulkan berbagai macam informasi. Teknik menandai tertentu memungkinkan ikan untuk dilacak memberikan ahli biologi lebih memahami gerakan dan pola migrasi. Lain tanda dan merebut kembali metode memberikan perkiraan populasi, pertumbuhan ikan, dan perkiraan ikan dan kematian alami. Ketika menandai ikan penting bagi seorang ahli biologi untuk berpikir tentang alasan untuk menandai. Apakah penting untuk dapat mengidentifikasi ikan individu atau sekelompok ikan? Apakah tanda mempengaruhi perilaku ikan atau kematian meningkat? Bagaimana kemungkinan bahwa tag tersebut akan hilang atau salah mengartikannya? Di bawah ini adalah daftar berbagai penandaan dan metode penandaan dengan deskripsi masing-masing metode. Daftar ini dipisahkan menjadi tiga kategori terpisah: tanda biologi, kimia, dan fisik.
 DAFTAR PUSTAKA

EFFENDI, M.I., 1978. Biologi Perikanan Bag. II: Dinamika Populasi Ikan. Fak. Perikanan – IPB : 58 pp.

JONES, R., 1976. The use of marking data in fish Population analysis. FAO Fish. Tech. Papers No. 153 : 42 pp.

JONES, R., 1977. Tagging: Theoretical Methods and practical difficulties. In: Fish Population Dynamics (J.E. GULLAND ed.), Chap. 3 : 46-66.

POOLE, R.W., 1974. An introduction to Quantitative Ecology. Mc Graw Hill, Kogakusha: 542 pp.

RICKER, W.E., 1958. Handbook of computations for biological statistics of fish Population. Bull. Fish. Res. Board. Canada 199 : 300 pp.

ROUNSFELL, G.A., 1975. Ecology, utilization, and Management of marine fisheries. Mosby comp. Saint Louis.

ROUNSFELL, G.A., and W.E. EVERHART 1953. Fishery Science its Methods and Aplications. John Wiley & Sons, New York: 444 pp.


MARKING AND TAGGING FISH ( MENANDAI DAN PENANDAAN IKAN ) MARKING AND TAGGING FISH ( MENANDAI DAN PENANDAAN IKAN ) Reviewed by Screamer on 04:03 Rating: 5

No comments:

a